Tuesday 24 July 2018

Belajar Ekspor Impor Yuk!

Source : pixabay

Hola!

Nah akhirnya keluar juga kan tulisan tentang si mantan pekerjaan ini. Si Poypoy sih tiba-tiba telfon tanya banyak tentang cara ekspor ke luar negeri. Jadi ceritanya, dia mau ekspor barang ke luar negeri tapi belum punya pengalaman, coba gugel, masih bingung juga dengan istilah-istilahnya yang memang ngejelimet.

Flash back ke belakang sedikit, saya kan pernah kerja di Louis Dreyfus tahun 2015 sampai 2016. Yep, hanya setahun lagi-lagi haha... Milenial sekali ya memang, tiap tahun ganti pekerjaan ☺Nah, pas pertama kali masuk ke LD, saya tuh butaaaa banget lah sama yang namanya ekspor impor. Dulu si William, tim dari Lampung yang ngajarin saya, kayaknya hampir give up karena tiap hari saya tanyain semuanya mulai dari hal yang kecil, seperti istilah dalam trading, sampai hal yang harus kudu ngerti banget, seperti pricing.

Jadi, saya di LD itu posisinya sebagai execution. Kerjaan utamanya awalnya sih harusnya jadi support pembelian, karena jadi execution trade. Ada lagi yang execution juga, bagian yang fokus mengurusi tentang shipment dan logistik. Di awal saya masuk ke LD itu, executionnya nggak ada sama sekali, jadilah saya ngurusin bagian purchase dan logistik sekaligus. Tapi masih dibantuin sama William sih dari Lampung. 

Terus tadi ada pertanyaan dari Poy, apa itu FOB alias Free on Board. Kalau dulu di LD, istilah FOB sering diselewengkan menjadi F**k on Behind hahaha! Emang ya kalau udah stress sama kerjaan, apa aja dijadiin lawakan sama orang kantor, termasuk si FOB yang emang sering banget dipakai dalam kegiatan kita sehari-hari di kantor. Kegiatan pekerjaan yang sebenernya ya maksudnya, bukan FOB yang itu hahaha

FOB disini artinya adalah harga yang kita tawarkan kepada pembeli itu adalah harga sampai barang berada di atas kapal, mulai dari barang berangkat dari gudang kita. Sedangkan untuk ongkos kapal atau EMKL, belum termasuk. Nah, biasanya si pembeli sudah punya refensi untuk kapal yang digunakan, jadi mereka yang bayar ongkos kapal sampai penarikan barang dari pelabuhan ke gudangnya mereka.

Kebalikannya dari FOB adalah CNF alias Cost and Freight. Kalau yang ini, freight atau pengiriman barang sudah digabung ke dalam penawaran harga kepada pembeli. Jadi buyer atau pembeli membayar keseluruhannya, tetapi belum termasuk asuransi barang. Kalau yang sudah include asuransinya, namanya CIF alias Cost, Insurace and Freight. Pembeli tinggal terima bersih deh di tempatnya.

Yang menjadi kendala biasanya dalam kegiatan ekspor impor adalah rules atau kebijakan yang diterapkan masing-masing negara untuk barang ekspor ataupun impor itu beda-beda. Makanya sebelum melakukan penawaran dan pembelian barang dari luar negeri, kita mesti mencari tahu dulu nih peraturan di negara tujuan dan negara kita sendiri juga. Jangan sampai barang sudah kita siapkan, kontrak dengan pembeli sudah deal, tapi barang tidak bisa berangkat karena ada dokumen yang kurang lengkap, atau barang itu memang tidak boleh masuk ke negara tujuan. 

Seperti kopi misalnya, barang yang menjadi komoditas perdagangan yang saya pegang di LD. Kopi dari negara lain masuk ke dalam Indonesia pada umumnya sama prosedurnya dengan proses kirim ke negara lain, dokumentasinya juga hampir sama. Tapi pernah kejadian, barang sample dari Singapura yang jumlahnya hanya 2 kilogram tidak bisa masuk ke Indonesia karena tidak ada dokumen kesehatan atau fumigasinya (saya lupa persisnya apa), padahal biasanya kalau untuk sampel saja bisa lolos sebelumnya. Jadi emang perlu komunikasi yang baik dengan pihak bea cukainya juga.

Nah, kalau kalau mau lebih simpel dan nggak ribet lagi, ada jasa yang menawarkan untuk membantu proses ekspor impor. Jadi sebagai pedagang ataupun pembeli, kita nggak perlu bingung dan repot lagi. Namanya forwarder. Bedanya dengan shipping agent, kalau forwarder ini biasanya mau mengurusi semua dokumen tentang barang juga, seperti sertifikat kesehatan komoditas dan keaslian barang dsb, sementara shipment agent biasanya hanya mengurusi tentang shipment dan kargo. Mudah-mudahan kebayang ya penjelasan saya ini hehe

Kalau untuk detail peraturannya dan prosesnya, bisa digugel sendiri ya. Seperti saya bilang tadi, masing-masing barang dan negara itu peraturannya beda-beda. Jadi yang saya jelasin disini hanya gambaran umumnya saja.

Atau ada yang pernah kerja di ekspor impor juga? Share dong pengalamannya...

Monday 23 July 2018

Belajar Membuat Keputusan

Source : pinterest
Siapa yang bilang memilih itu gampang? Lebih baik memilih salah satu daripada tidak sama sekali, begitu kan ya seringnya yang kita dengar? Atau hanya saya saja ya? Hehe

Terkadang memilih di antara dua pilihan itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan membuat keputusan berdasarkan analisa sendiri. Pilih makan A atau B? Mau makan dimana? Lebih enak milih pertanyaan terbuka gitu kan ya (kalau saya sih iya hehe)

Membuat keputusan dari berbagai pilihan hidup juga seperti itu. Karir, jodoh, kehidupan sosial, sampai tempat untuk liburan rata-rata mempunyai banyak tawaran pilihan. Mau tinggal di Bali atau di Medan? Mau bekerja kantoran atau stay at home dan bekerja dari rumah? Mau masak atau beli makanan? Mau nonton atau ngopi? Mau beli baju atau beli anting? Mau pakai baju tipis atau sarung? 

Banyak sekali pilihannya. Setiap hari banyak pilihan yang ditawarkan. Yang besar dan yang kecil, yang simpel atau yang kompleks. Nah untuk yang masih bingung dalam memilih, dengerin deh apa katanya om Steve. Never make your most important decisions when you are in your worst mood.

Jadi jika dapat tawaran untuk pindah ke tempat kerja lain karena lagi berdebat dengan bos yang sekarang, atau mengambil pekerjaan tambahan tapi dibayar murah karena lagi bosan di rumah, atau memutuskan untuk resign karena belum tega untuk meninggalkan anak di rumah bersama PRT, atau memutuskan untuk pindah dari Jakarta karena baru putus dengan pacar, atau memutuskan untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar ke bidang teknologi karena tergiur dengan bisnis yang dimiliki teman-teman... 

Pindah kantor bukan berarti akhir dari semua masalah. Ok kalau bosnya masih lebih bersahabat dengan staff, tapi kalau jam kerjanya juga diluar batas, sama saja kan? Resign dan memilih untuk merawat anak memang pilihan yang mulia. Tapi apa sudah siap untuk tidak keluar rumah, kehilangan pendapatan yang bisa saja jadi bekal tabungan pendidikan yang baik untuk si anak? Berinvestasi itu memang baik, apalagi untuk orang yang belum mempunyai tanggungan wajib seperti anak dan istri, tapi apakah prospeknya sudah dipikirkan, atau hanya untuk ikut-ikutan saja? Hold on....

Membuat keputusan memang lagi-lagi bukan perkara yang mudah. Butuh tarikan nafas berkali-kali dan konsultasi dengan banyak pihak, membuat analisis SWOT tentang keputusan yang akan diambil, dan tentunya dengan banyak berdoa dan bahagia selalu supaya pikiran menjadi lebih rileks dalam mengambil keputusan. 

Tetap semangat, happy people! ❤

Sunday 22 July 2018

Review Buku : The Happiness Project by Gretchen Rubin



One April day, on a morning just like every other morning, I had a sudden realization : I was in danger of wasting my life. As I stared out the rain-spattered window of a city bus, I saw that the years were slipping by. "What do I want from life, anyway?" I asked myself. "Well... I want to be happy." But I had never thought about what made me happy or how I might be happier.

Itu adalah sebuah paragraf dari buku The Happiness Project yang ditulis oleh Gretchen Rubin di lembar pendahuluannya. Dan... Pertanyaan yang sama juga yang saya pertanyakan ke diri saya sendiri selama bertahun-tahun, khususnya setelah melewati usia 25 tahun. Jawaban saya juga sama dengan si mbak Gretchen. Saya mau jadi bahagia, apa dan bagaimana pun caranya. Hehe siapa sih yang nggak mau hidup bahagia di dunia ini? Alasan untuk berbahagianya mungkin beda-beda untuk setiap orang ya...

So, awal cerita saya kenalan sama buku ini adalah dari sebuah review juga, sepertinya di blog. Atau saya iseng mampir di toko buku dan milih buku ini, sebenernya udah nggak begitu ingat lagi sih hehe. Dari catatan saya (saya selalu menuliskan tanggal pembelian setiap buku di halaman depannya) buku ini saya beli tanggal 2 September 2016. Sepertinya di Medan ya pada waktu itu. Belinya di Books and Beyond, harganya Rp 110.000. Jadi sepertinya saya belinya emang di Medan, karena saya beli di Books and Beyond hanya kalau di Medan. Kalau di kota lain mungkin di toko buku lain. Book and Beyond kalau di Medan adanya di Sun Plasa dan di Plasa Medan Fair. 

Balik lagi ke review bukunya, kalau saya sih suka banget ya buku ini. Bahasanya ringan, seperti bercerita dan banyak memang menceritakan tentang pengalaman pribadinya Gretchen dalam menjalani proses pencarian kebahagiaan di dalam hidupnya dia. Di dalam setiap chapter diceritakan tentang happiness project selama sebulan. Jadi buku ini berisi tentang project yang berhasil dilakukannya dalam setahun. Temanya berbeda setiap bulannya, mulai dari vitality, marriage, work, parenthood, friendship, money, attitude, sampai akhirnya happiness itu sendiri. 

Untuk orang yang sering menggebu-gebu seperti saya, juga sering kecewa berlebih kalau harapan dan targetnya nggak tercapai seperti saya, buku ini adalah semacam obat dan penenang ketika badai kekecewaan muncul melanda. Mungkin bagi orang yang hidupnya lebih santai kalau ada masalah, kalau ada orang yang nyebelin cuek-cuek aja, atau yang berpikiran kalau ini nggak cocok, yo wess masih ada yang lain, buku yang seperti ini mungkin nggak begitu penting. Eh apa penting juga ya? Haha saya nggak tau sih, tapi sih sepertinya begitu ☺

Kenapa saya bilang buku ini cocok buat orang yang gampang kecewa mendalam? Karena menurut pengalaman saya yang maunya banyak dan detail serta harus sesempurna yang saya bayangkan, buku ini menunjukkan banyak hal yang secara sederhana bisa disyukuri dan bahagia untuk hal-hal yang simpel, mengganti kekecewaan dengan menjadikannya cambuk untuk lebih belajar menghargai hidup dengan berbahagia. Misalnya, untuk mencapai kebahagiaan, Gretchen bercerita tentang feeling positif apa saja yang dia dapatkan dari fokus mencari sisi baik dari setiap tema yang difokuskannya setiap bulan. Untuk pekerjaan misalnya, tidak melulu tentang uangnya, dan untuk uang, tidak melulu tentang jumlahnya, tetapi alokasinya. Apakah alokasinya sudah cukup membuat Anda bahagia, atau hanya membeli karena gengsi duniawi?

Buku ini juga menjelaskan kalau bahagia itu dimulai dengan diri sendiri dan menghargai kebahagiaan diri sendiri. Karena itu tema vitalitynya dibuat di bab pertama. Vitality maksudnya disini tentang kebugaran tubuh, kesehatan mental dan pikiran, dan kehidupan yang lebih sehat dan seimbang. Setelah itu baru lanjut lagi ke tema-tema lainnya.



Saking sukanya dan terinspirasinya dengan buku ini, saya akhirnya membuat happiness project saya sendiri di tahun yang sama dengan pembelian buku. Selama sebulan saya posting kebahagiaan sederhana yang saya alami selama sebulan di Instagram. Saya posting tentang pengalaman saya hari itu, tentang foto teman-teman saya, tentang cita-cita yang membuat saya bersemangat, tentang quotes yang menurut saya bagus, dan tentu saja dimulai dengan foto selfie diri saya sendiri yang memutuskan untuk bahagia. Ajaib memang, saya seperti terbawa untuk berbahagia juga dalam setiap hari dalam sebulan itu. Saya juga belajar untuk berbahagia dengan lebih sederhana dan tulus. 



Sekarang saya taro buku ini dimana pun yang bisa tertangkap mata saya di rumah, jadi ketika saya mulai down atau stress, saya lihat aja si sampul buku dan mulai untuk memikirkan hal sederhana yang bisa membuat saya bahagia seketika, seperti : makanan sehat hehe

So, saya rekomen buku ini untuk dibaca oleh siapa saja yang suka membaca buku non fiksi, dalam Bahasa Inggris, suka belajar dari pengalaman orang lain dan suka berekperimen untuk lebih bahagia. Buku ini juga jadi Best Seller versi Newyork Times loh... Ternyata banyak yang suka seperti saya juga hahaha

Thursday 19 July 2018

Monstera oh Monstera

Source : pinterest

Dari dulu ya saya tuh suka berdebar-debar kalau lihat monstera. Padahal sejauh ini baru liat fotonya doang. Belum pernah ketemu aslinya. Serius. Tapi sesuka itu. Senaksir itu juga sampai kebayang-bayang daunnya yang hijau berbolong-bolong, seakan terkoyak dari batang daunnya, tapi mempesona banget. Duh, rasanya dalam 2 tahun belakangan ini saya kayak anak abege yang terkagum-kagum sama artis Korea. Magic yah!

Tadi malam saya iseng buka-buka Instagram, terus scroll scroll ternyata olshop tempat saya beli kaktus dan sukulen memposting monstera di salah satu fotonya. Duh! Langsung deg-degan lagi kan. Soalnya itu tokonya di Bali sini juga, agak jauh sih di Dalung tapi ya. Langsung saya tanya harganya berapa. Enggak lama dijawab, "Yang ukuran sedang 45 ribu, yang ukuran besar 50 ribu mba." 

Wah, murah! Diluar ekspektasi saya yang awalnya mengira harganya ratusan ribu seperti postingan beberapa selebgram di Instagram. Padahal foto yang saya lihat, monsteranya lumayan banyak daunnya. Langsung deh beringsatan dan gemes, nanya suami, "Aku boleh beli taneman lagi nggak?" Ini nanyanya sambil degdegan, soalnya tanaman yang sebelumnya, si kaktus dan si sukulen berakhir tragis di tangan saya huaaa kasihan mereka tersiram banyak banget sama saya sampai akarnya busuk. Hiks.

Jadi udah kebayang sih kalau dapat jawaban "Nggak boleh." dari bapak suami. Huuuu

Eh terus ditanya, "Yang mana tanamannya? Harganya berapa?" Terus saya tunjukin deh, "Ini loh monstera, yang bolong-bolong daunnya." Sambil nunjukin fotonya. "Hah? Kok daunnya begitu? Nggak sehat kali itu? Atau hasil rekayasa genetika ya?"

Zzzzz drop deh ah. Hahahaha. Eh tapi untungnya ditanya begitu, saya yang dari dulu cuma mengagumi si monstera dari wujudnya ini, jadi tergelitik untuk cari tau asal usul dan sejarahnya, kenapa sih si tanaman daun yang cantik ini wujudnya bisa unik begitu?

Source : pinterest
Ternyata, setelah melakukan penelusuran di mbah gugel, saya tau lah (sedikit) kalau si monstera ini adalah tanaman yang hidup di daerah tropis, awalnya di Mexico, dekat dengan Panama. Jangan tanya saya itu dimana dan bagaimana, karena saya juga belum pernah kesana hahaha ☺Di bayangan saya, kalau tropis ya seperti Indonesia, udaranya sejuk, tidak kering, kadar hujannya masih ok lah dibanding daerah gurun. Ini bayangan saya loh ya. Nanti kalau saya sudah ke Mexico mungkin nanti saya ceritain lagi gimana disananya hahahaha

Asal dari nama monstera sendiri itu dari kata monstrous, bahasa Latin, yang artinya adalah upnormal. Ini karena daunnya punya bolong-bolong yang membuatnya seperti tidak normal. Monstera ini ternyata bisa sampai tinggi banget loh, 20 meteran gitu pohonnya. Jadi dia ini akarnya bisa nancep ke tanah, bisa juga di udara terbuka. Keduanya jadi penopang hidup si monstera untuk dapat makanannya. 
Source : pinterest

Walaupun di asalnya mereka ini adanya di lingkungan yang terbuka, sekarang monstera dijadikan sebagai tanaman hias di dalam rumah. Yang paling terkenal adalah monstera deliciosa, dari fotonya sih yang saya naksir dari dulu itu si jenis ini. Saya juga baru tau kalau si monstera ini juga dibudidayakan untuk buahnya. Katanya sih rasanya mirip antara perpaduan pisang dan nenas. Hmm pengen nyobain kan jadinya hehehe ☺

Cara perawatan si cantik ini juga sebenernya nggak begitu merepotnya. Sama halnya dengan si sukulen dan kaktus yang periode siramnya cuma butuh ketika benar-benar sangat kering saja. Bisa sekali seminggu, 2 kali seminggu, tergantung tingkat kelembaban udara yang membuat tanahnya cepat kering. Nah, kalau si sukulen kemarin itu saya memang coba-coba banget sih menyiramnya terlalu banyak. Saya punya sukulen juga si Kabanjahe, tapi saya taro diluar ruangan dan tanahnya bergabung dengan tanaman lainnya. Di petakan taman kecil itu yang tiap hari memang saya siram, dia numbuh aja tuh. Tergolong cepat juga pertumbuhannya, tunas baru dan anakannya cepat keluar dari tanah yang sama. Kalau yang sekarang ini, sukulennya saya taruh di dalam wadah kaca bekas akuarium. Jadi sepertinya air yang saya siramkan itu terperangkap di dalam saja, yang membuat akar tanamannya jadi busuk. Intinya sih tetap salah saya yang menyiramnya kebanyakan. Maafkan saya ya sukulen... Si sukulen ini meninggalkan beberapa helai daun yang sampai sekarang masih terlihat hijau. Semoga mereka bisa menggantikan si inang sukulen itu ya ☺
Source : pinterest

Balik lagi ke monstera, bedanya perawatan si monstera ini adalah dia akan cepat menumbuhkan tunas baru yang akan menjadi jalar daun yang baru. jadi kalau mau dia numbuhnya beberapa helai daun saja untuk satu pot, boleh dipotong deh sisanya. Untuk lokasinya juga masih boleh di dalam rumah, selama mendapatkan cahaya sinar matahari yang cukup. Di luar rumah juga boleh, selama tidak terjemur sinar matahari selama 24 jam di tempat gersang gitu. Cukup mudah kan merawatnya? Pokoknya kalau merawatnya benar, tanaman ini masih bisa jadi properti foto untuk Instagram kok. Lagi hits kan sekarang hehehe

Ok deh, sekian dulu sekilas tentang si tanaman pujaan hati ini. Saya akan terus cari tau lebih banyak lagi tentang cara menumbuhkan dan merawatnya supaya punya bekal untuk melamarnya untuk jadi hiasan di rumah saya. Doakan saya ya biar dapat approval dari bapak suami untuk adopt tanaman lagi. Kan seru jadinya rumahnya banyak taneman hidup. Soalnya selama ini yang di dalam rumah selalu tanaman plastik sih... 

Monday 16 July 2018

OOTD ke Pantai di Bali

Semenjak pindah ke Bali, yang paling saya perhatikan selain kehidupan masyarakatnya salah satunya adalah ootd atau outfit of the day-nya orang-orang yang main ke pantai. Sebenarnya bukan hanya di pantai aja sih, di sepanjang jalan juga. Di trotoar, di coffee shop, di restoran, dimana-mana pokoknya. Kayaknya kalau orang pergi ke Bali untuk liburan memang kece-kece banget gitu outfitnya. Menurut saya nih ya. Seperti udah dipersiapkan sebelumnya gitu.

Tadinya sih sebagai salah satu orang yang sukanya main kemana-mana, apalagi ke tempat ramai gitu, saya mau ngikutin, pake dress tipis-tipis yang melambai-lambai kalau tertiup angin, atau pakai swimsuit yang kece, pakai tas anyaman dari rotan, rumput dan eceng gondok yang lagi rame banget bersliweran di mana-mana, sampai sunglasses dengan berbagai bentuk biar kalau difoto bisa kayak influencer di Instagram. 

Eh ternyata tubuh yang sudah mulai menuju umur 30 sudah nggak kuat sama angin hahaha. Sebulan belakangan malah lebih parah, seringnya masuk angin, kalau keluar pakai jaket dan bawa kain untuk melindungi leher dari angin dingin karena sering jadi radang kalau kelamaan kena angin dingin. Masih bisa pakai dress sih sesekali, sebelum jam 2 siang. Setelah itu, ya kembali temenan sama si jaket atau kain yang dijadiin perlindungan. Miripnya bukan ootd ke pantai, malah jadi ootd camping di gunung hahaha ☺

Udah gitu ya, badan masih melar, kalau pakai swimsuit jatohnya kayang buntelan bantal yang bulet-bulet gimana gitu hahaha. Paling aman cuman pake kaos oblong dan celana pendek. Sesekali pakai kain pantai yang dililit masih boleh lah, selama bentukannya masih sedikit loose body gitu hehehe

Terus mata saya kan minusnya gede. Pilihannya kalau enggak mau pakai kacamata, ya pakai softlens biar masih bisa melihat sekitar. Jadi kalau sering pakai softlense diterpa angin, jadinya iritasi dan gagal deh rencana pakai sunglasses yang lucu dan kece itu ☺

Biarpun begitu, saya sih seneng-seneng aja ya masih bisa tinggal disini dan masih papasan sama orang yang outfitnya lucu-lucu dan bagus untuk ke pantai. Bule apalagi. Kuat banget badannya sama udara dingin kayaknya, jadi masih ok ok aja pakai dress tipis di cuaca berangin sekalipun. Nah kalau turis Asia seperti dari Cina pun ootd bagus dan kece menurut saya. Lebih berani pakai warna yang lebih cheerful juga. 

Ootd impian yang saya suka banget pengen dicontek dari Pinterest ada di bawah ini. Semoga nanti suatu hari kalau cuaca lebih bersahabat, saya bisa realisasikan ootd ini ya. Olahraga dan diet dulu juga tentunya 

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Ootd ke pantai, foto dari Pinterest

Bagus-bagus banget kan? Rasanya pengen ke pantai tiap hari deh kalau ngeliatin ootd yang seperti ini ☺

Tuesday 10 July 2018

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Perjalanan ke Pantai Melasti bisa dibilang perjalanan yang paling santai dan tidak terencana. Pulang kerja di hari Sabtu (iya, suami saya kerja di hari Sabtu ☺) kita belum ada rencana kemana-mana, akhirnya dari hasil browsing pantai yang belum pernah kita datangi, terpilihlah Pantai Melasti ini di antara pantai-pantai lainnya.

Bali yang sekarang memang lebih banyak pantai yang sudah dibuka untuk umum dan difasilitasin, seperti jalannya udah beraspal, di lokasi udah ada tempat parkir yang proper, dan sudah mulai rame pengunjung. Ada bagusnya ada enggaknya kalau menurut saya. Bagusnya, objek wisata enggak numpuk di satu tempat yang bikin jalanan macet. Misalnya daerah Kuta yang selalu setiap hari macet. Kalau udah ada objek wisata lainnya seperti pantai-pantai baru ini kan jadi wisatawannya bisa kebagi. Eh tapi sampe sekarang ya mayoritas wisatawan masih ke Kuta sih heheh. Magical banget emang untuk sunsetan dan enggak jauh dari pusat keramaian. Namanya Kuta juga udah terkenal dari dulu ya.

Nah jeleknya, karena pembukaan jalan dan objek wisata, kealamian dari si pantai dan bukit yang menuju ke pantai itu jadi berkurang. Pohon-pohonnya jadi berkurang, udah gitu ada kemungkinan untuk munculnya sampah dari wisatawan yang datang. Tapi selama pengelola bisa menjaga dan wisatawannya peduli sama kebersihan pantainya sih harusnya aman ya. 

Pantai Melasti terletak di sebelah selatannya Pulau Bali, tepatnya di Desa Ungasan. Kalau kita lihat di peta, adanya di bagian bawah si kaki burung. Dekat sama Pantai Pandawa, Pantai Gunung Payung, dan pantai lainnya yang segaris pantainya. Bukan spot untuk melihat matahari terbenam, tapi pendaran cahaya sunsetnya kelihatan dari atas tebing yang ada di sekitar pantai. Lokasinya tergolong mudah untuk dicapai. Kalau dari bandara lebih kurang setengah sampai 1 jam, tergantung padatnya jalanan.
Lokasi Pantai Melasti dari Google Map

Pasir putih dan airnya yang jernih bikin mata segar dan kalau mau berenang juga seru. Waktu kita kesana, airnya cukup dingin buat saya. Jadinya cuma nyemplung sedikit saja deh hehe padahal udah siapin baju untuk berenang.

Untuk retribusi masuk pantai masih gratis sampai terakhir kita kesana (bulan Mei 2018). Parkir juga belum bayar. Petugasnya sih ada, tapi apa karena sepi kali ya jadi retribusinya belum dipungut. Nah, kalau bayar retribusi untuk tempat wisata jangan komplain ya... Karena uang itu yang akan digunakan untuk menjaga kebersihan, sarana dan prasarana yang ada di objek wisata. Termasuk untuk keamanan si objek wisata itu.

Belum ada fasilitas untuk makan minum atau sekedar minum air kelapa muda memang di Pantai Melasti ini. Tapi buat kamu yang nyari tempat nyaman untuk main-main di pantai, main di pasir putih, memandang dari atas bukit ke samudera luas, Pantai Melasti wajib kamu datangi kalau ke Bali.

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali

Pantai Melasti, Ungasan, Bali


Mmmm terus besok-besok mau ke pantai mana lagi yaaa....



Monday 9 July 2018

The Best Moodbooster adalah Bersyukur

Hari ini mood saya naik turun seperti roller coaster. Dari tadi malam saya tidurnya nggak enak, tidur tapi seperti nggak tidur. Ada yang berisik dan mengganggu, tapi nggak jelas apa. Melukin suami supaya bisa tidur lagi berkali-kali sampai pagi, terus karena sudah capek kebangun terus padahal masih gelap, terakhir saya bangun saja subuh-subuh. Bingung mau ngapain, saya pun masak yang lumayan rame. Bikin nasi uduk di magic com dan lanjut bikin teman-temannya, ayam goreng, tempe, kacang dan ikan teri. Ditinggal sebentar, ternyata si ayam sudah gosong sampai hitam tempat merebusnya (ayamnya direbus dulu bersama bumbu). Untung masih bisa diselamatkan, rasanya cuma lebih keras daripada biasanya. Sarapan terselamatkan.

Pas mau pergi beli orderan customer (saya buka jastip di Bali), eh hujan. Terpending sampai jam 10-an, padahal niat saya sebelumnya mau kejar pengiriman pagi supaya besok barangnya sudah sampai. Yang dititip beli makanan soalnya, kasihan kalau sampainya kelamaan. Untungnya lagi, jam 12 sudah sampai di kurir dan bisa sampai besok di customer kalau tidak ada halangan. Puji Tuhan.. 

Eh tapi ternyata beratnya lebih setengah kilo dong, which is dihitungnya 1 kg juga. Untung si cutomer baik hati, jadinya bersedia nambahin kekurangan biaya kirim. 

Rencananya sehabis itu mau lanjut ke bank, karena ada masalah sama si kartu kredit. Sudah wanti-wanti dari lama, kalau mau nanya baik-baik, biar nggak perlu ngeluarin energi marah-marah kalau info yang saya perlu nggak ada. Eh, beneran dong, pas ketemu pegawai banknya, katanya mesti langsung berurusan sama yang di Medan. Lah gimana, kan saya di Bali ya. Masa mesti balik ke Medan cuma urusan kecil begitu. Banknya bank besar pula☺ Tapi kok kayaknya kurang profesional (menurut saya ini lho ya).

Yasudah, karena sudah nggak mood kemana-mana lagi (tadinya mau belanja dulu sebelum pulang) saya mau pulang saja, mau istirahat dan beresin mood di rumah. Terus di jalan hujan lagi ☺Pilihannya mau nungguin atau mau diterobos aja. Saya pilih untuk nongkrong dulu aja di Benoa Square. Hujannya lumayan deras soalnya. Eh, ternyata nggak ada apa-apa di dalamnya yang menurut saya menarik ☺Jadinya nungguin di kursi pengunjung sampai sekitar 1 jam. Sambil browsing, bertemu lah dengan instastoriesnya Ika Natassa (salah satu penulis favorit saya). Dia lagi membahas tentang masalah dalam hidup manusia yang pasti selalu ada, tapi kalau kita bersyukur, rasanya hidup jadi lebih berarti dan bersemangat. 

Saya yang daritadi sudah low sekali moodnya, langsung seperti dikasih siraman energi positif. Dengan semua hal yang kurang enak yang saya alami dari tadi pagi, banyak alasan untuk saya untuk mengeluh dan bertanya, apa yang salah? Tapi saya nggak mau ikutin si energi buruk dan bersemangat lagi untuk lanjut pulang ke rumah, untuk menuliskan ini kemudian untuk kamu semua yang baca tulisan ini. Jangan mau menyerah ya, karena hidup itu memang selalu ada masalahnya. Tunjukkan kalau kamu bisa menghadapinya dengan ceria!

Sampai rumah masih ada si kelapa muda. Beryukur ☺


Thursday 5 July 2018

Tradisi Unik Piala Dunia di Bali

Kalau ngomongin sepak bola, saya bukan jagonya. Ngerti sih dikit tentang peraturannya, jadi kalau nonton nggak buta sama sekali tentang pertandingannya. Tapi bukan yang fans bola atau memuja salah satu klub sepak bola. Kenal pemain sepak bola juga hanya beberapa, seperti David Beckham, Ronaldo, Zinade. Keliatan banget ya taunya cuma yang pentolannya dan sering keliatan jadi bintang iklan di televisi. 

Semenjak menikah dengan seorang yang penggila sepak bola, saya mulai deh lebih sering nonton pertandingan sepak bola. Kalau si mas lagi pengen nobar sama temen-temennya di kafe, saya ikut ngintilin ikut pergi juga. Kalau nontonnya di rumah pun kadang ikutan nonton karena siarannya dibajak sama dia. Bahkan kadang kalau nontonnya subuh, saya suka ikut kebangun. Tapi tidur lagi sih nggak ikutan nonton ☺

Bendera yang dipasang sama tetangga di depan rumah 

Nah semenjak Piala Dunia dimulai, kok saya perhatikan di jalanan Bali banyak bendera negara-negara asing yang dipasang di depan rumah warga. Bukan hanya di kafe dan jalanan besar, di dalam perumahan pun beberapa rumah ada yang masang bendera. Biasanya kan rumah warga pasang bendera kalau 17-an ya, diluar waktu peringatan kemerdekaan sih kayaknya jarang. 

Akhirnya saya tanya ke si suamik, apa maksudnya bendera-bendera gede itu di pasang di depan rumah warga. Katanya itu artinya kalau si penghuni rumah mendukung negara yang benderanya dia pasang. Atau bisa jadi itu pertanda membuka peluang untuk taruhan. Jadi kalau ada orang yang mau ajak taruhan, sudah bisa tau kalau yang didukung sama penghuni rumah itu negara mana. 

Ada-ada saja ya... Tapi jadi seru, tiap rumah ada bendera yang berbeda-beda. Rasanya seperti tinggal di banyak negara hehehe ☺

Wednesday 4 July 2018

Gunung Payung, Bali

Hai hai...

Sepertinya saya masih sedikit sekali bercerita tentang Bali ya. Padahal sedari tau mau pindah ke Bali, di bayangan saya itu, saya bakal banyak cerita dan tulisan tentang Bali di blog ini. Eh, ternyata sampai sekarang masih banyak penyesuaian sana sini, termasuk penyesuaian sama si kamera yang entah kenapa sering bermasalah sekarang. Mungkin minta ditambah temannya lagi alias beli kamera baru lagi ☺
Gunung Payung

Kali ini saya mau cerita tentang Gunung Payung, sebuah pantai yang konon katanya adalah secret beach, tapi sekarang sudah mulai dibenahi supaya proper untuk dikunjungi wisatawan. Letaknya tidak jauh dari rumah saya disini, naik motor atau mobil sekitar 10-15 menit saja. Sedekat itu, tapi baru dikunjungi setelah hampir 3 bulan menetap disini? Hahaha itu juga kalau tidak diajakin sama teman saya, si Novlin, yang sudah 11 tahun tinggal di Bali sini, kita juga nggak tau tuh keberadaannya si Gunung Payung. Padahal si Satya sering ke Gunung Payung dan bilang kalau tempatnya tuh nggak jauh dari sini, tapi kita tetep belum ngeh.
Gunung Payung

Kalau katanya Novlin, keadaan Gunung Payung sekarang sama yang terakhir kali dia kunjungi sudah berbeda. Dulu masih asli, belum ada jalan dari atas menuju pantainya. Masih ada ilalang di antara pantai dan bukitnya. Pas waktu kita kesana, jalannya sudah jadi dan ilalangnya tinggal sedikit. Kerennya lagi, sudah ada aphiteather yang sudah selesai di bangun. Saya sih suka banget dengan konsep amphiteather seperti ini. Teater dengan lingkungan yang terbuka, baik penonton dan pertunjukkan berada di ruangan terbuka atau bahasa lainnya open air venue. Keren banget pokoknya, apalagi yang di Gunung Payung ini, latar belakang panggungnya langsung laut lepas gitu pemandangannya. 
Gunung Payung

 Gunung Payung ini sebenernya gampang untuk ditemukan, dari map juga sudah jelas. Cuma... yang jadi pe-er adalah jalan menuju pantainya. Jadi, setelah kita parkir, kita belum langsung ketemu pantai. Kita parkir masih di atas bukit, sementara pantai ada di bawah. Kita perlu jalan sekitar 500 meter lagi ke pantai, ditambah dengan anak tangga yang jumlahnya sekitar 220 anak tangga. Ini kita tau jumlahnya karena waktu naik ke atas, biar nggak berasa capek, si Novlin ngitungin anak tangganya sambil mendaki hehehe. Caranya lumayan ampuh buat nggak berasa capek sih.
Gunung Payung
Pantainya bagus, masih sepi dan pemandangannya wow banget. Walaupun sudah tinggal di Bali, saya masih selalu terpukau begitu sampai di suatu pantai, baik yang pertama kali saya kunjungi, maupun yang sudah beberapa kali dikunjungi. Nah, si pantainya Gunung Payung ini punya spot rahasia lagi. Ada gua atau cave yang lumayan gede di ujung pantainya. Kalau foto disitu jadinya seakan-akan guanya jadi frame yang bikin lautnya jadi latar. Bagus banget!
Gunung Payung

Gunung Payung

Gunung Payung

Gunung Payung

Serunya lagi, di Gunung Payung ini juga ada spot buat terjun payung alias paraglidingnya. Ini yang bikin si Satya sering modar mandir kesini. Untuk bisa nyobain paragliding, dikenakan harga 1 juta rupiah untuk 20 menit. Tapi ada instrukturnya juga kok, jadi terbangnya nggak sendiri. Kita sih kemarin nggak nyobain, selain karena udah sore dan hampir gelap, juga takuut sama ketinggian dan takut bayarnya hahaha. Tapi kalau kalian emang niatin untuk nyoba paragliding di Gunung Payung, worth it banget kok dengan harga segitu dan viewnya baguuuus banget. Kalau mendadak dan nggak persiapin kayak kita sih sayang emang. Tapi masih bisa besok-besok, kan deket. Hehehe
Paragliding di Gunung Payung. Source : flynora.blogspot.com

Di seputaran tempat parkir ada konter penjual makanan, minuman dan oleh-oleh khas objek wisata. Kelapa muda ada, cemilan juga ada, minuman botolan juga ada. Jadi nggak usah khawatir bakal kelaparan disana. Tapi itu ada di atas saja ya, di pantainya ngga ada yang berjualan. Menurut saya bagus, jadi mengurangi kemungkinan adanya sampah. Gunung Payung masih termasuk daerah yang bersih juga kalau menurut saya. 

Jadi kalau ke Bali, cobain berkunjung ke Gunung Payung ya. Masih sepi, jadi enak buat foto-foto dan leyeh-leyeh hehehe

Hamil (Ep. 1)

H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...