Thursday 25 August 2016

Happy Life (Menjadi Bahagia)

Ini postingan yang 'agak' dalam. Mudah-mudahan ada 'nilai'nya ya tulisan ini hehehe

2 bulan yang lalu, saya dan mas membahas tentang masalah pekerjaan. Which is sebenernya hampir setiap telfonan, hampir selalu ada kita membahas tentang pekerjaan, mulai dari item pekerjaannya, flow-nya, budaya kerja, dan paling hot sih pembahasan tentang kepuasan dalam bekerja. Pekerjaan saya sendiri sebenernya kan agak random ya, yang sampai sekarang saya juga masih tidak habis pikir, "Mau ngapain sih saya di kantor ini?" Kalau si mas yang saya lihat dia menikmati dan bersabar (yet membuat strategi) dengan pekerjaannya. Hampir 4 tahun di perusahaan yang sama, bidang yang sama, dan ketika saya tanya alasannya, jawabannya adalah, "Yaa kalau betah atau nggak betah, aku sudah 4 tahun disini. Sesuai dengan jurusanku juga. Kalau pun aku mau pindah ke tempat lain, pasti muternya di bidang itu-itu aja, dan kalau pindah ke bidang lain lagi artinya kan aku harus mulai dari nol lagi,"

***Nelen ludah***

***Kebayang tahun ke tahun dengan pengalaman pekerjaan segala macam bidang selama seumur hidup ini***

Dalam perjalanan pe-pekerjaan tersebut, tidak selalu manis sudah pasti. Kalau si mas, dalam menyalurkan aspirasi dan suara hatinya, sebulan terakhir kemarin dia melakukan 'aksi' ceritanya hehehe. Strateginya adalah untuk menarik perhatian HRD, lalu dipanggil, lalu berdiskusi, dan melakukan negosiasi. Such a good idea I think. Smooth but straight forward. Jadi saya pun belajar dari sistem beliau untuk menyampaikan aspirasi dan berdiskusi. Kalau diterima ya syukur, kalau tidak ya berarti sudah harus mencari tempat lain lagi hehehe

Kemudian, tadi malam saya ketemu dengan Tepi, si anak yang sering dibilang kembar sama saya, even orang Tata Usaha ketika kuliah dulu sering salah mengira dan memanggil nama kita berdua. Pembahasan saya dan Tepi tentang pekerjaan lumayan simpel juga menurut saya. Paling tidak pekerjaan kita memberikan nilai baik untuk orang lain, dan ternyata....... ada kesamaan dengan goal dalam bekerja yang diusung oleh Tepi dan juga si mas, yaitu : "Sayangi lah badan yang sudah tidak muda lagi ini. Jangan paksakan badan untuk bekerja terlalu larut even sampai begadang."

Bravo!

Saya seperti menemukan titik terang untuk bahan 'aksi' saya ke depannya hehehe

Keadaan di kantor akan berubah bulan depan, dikarenakan perubahan season dan perubahan personil. Kalau saja perubahannya diikuti dengan penghargaan yang worth it, menurut saya tidak masalah. Akan menjadi beban terpendam dan kurangnya penghargaan terhadap usaha dan jerih payah menurut saya, ketika perubahan-perubahan yang terjadi mengesampingkan kemanusiaan dan penghargaan terhadap pekerjaan kita. 

Dari tukar pikiran dengan mas dan Tepi, saya mengembangkan lagi dengan pikiran dan 'perasaan' saya sendiri. Namanya juga wanita ya Boo... Bekerja dari hati, mempertimbangkan segala sesuatunya juga dengan campur tangan si hati. Mas bilang, "Saya tidak perlu naik gaji, yang penting saya tidak harus lembur terus tiap hari." Kalau Tepi bilang,"Alhamdulilah pekerjaan gue yang gila ini dibarengi dengan temen-temen kantor yang gila juga. Kalau disuruh jadi EO atau apapun itu yang kerjanya sampe malem atau begadang lagi, ampun deh ya Kak. Udah nggak kuat...."

Rasa syukur dan suka cita setiap hari sebelum bekerja, dibarengi dengan strategi untuk menjadi lebih baik dalam hal pengakuan dan kesehatan, mudah-mudahan diberikan pekerjaan yang terbaik dan lingkungan yang terbaik juga untuk grow secara individu dan terlebih lagi secara profesionalitas ya..
Just in case tidak ada titik temunya, mudah-mudahan dengan menjalani career break nantinya bisa membawa angin segar juga :)

Semangat!

Nescient

Nescient :
- holding that only material phenomena can be known and knowledge of spiritual matters or ultimate causes is impossible
- uneducated in general; lacking knowledge or sophistication


Yak, edisi kali ini adalah tentang fenomena alam yang sudah membumi sejak pertama sekali manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan seturut gambarannya dan kejeniusan serta naluri seperti Sang Khalik itu sendiri. Jatuh cinta sodare sodareeeee (ceileh) Seru sekali bukan, pembahasannya? Hehehe

Kata orang-orang, biasanya orang yang jatuh cinta itu otaknya jadi mandeg. Alias blo'on mendadak, kelakuannya aneh dan jadi bodoh. Nah, saya kurang paham juga, kenapa bisa ada istilah kayak gitu. Bodoh dari segi mana dan apanya ya? Kalau kelakuannya jadi aneh mungkin iya, saya juga soalnya hehe. Tapi sepertinya kalau saya emang kelakuannya sudah bawaannya aneh dari lahir kayaknya deh. Pas kejadian lagi berbunga-bunga (ini bahasanya asli bikin ngeri), kelakuan malah makin normal daripada biasanya. Atau ada yang bisa membagikan cerita tentang jatuh cinta dan menjadi bodoh itu? Saya penasaran juga soalnya hehehe



Jadi ya, seperti seluruh dunia sudah tau (sok jadi Kate Middleton), saya dan si mas adalah korban dari monkey love alias cinta monyet. Saya doang sih mungkin ya, si mas belom saya introgasi sih hahaha tapi ga mau nanya juga. Sebagai anak SD pada masa tahun 90-an itu, ketika yang namanya suka-sukaan itu terjadi, jadi bodoh adalah fenomena yang saya juga masih belum alami. Kelakuan paling bodoh yang saya lakukan paling cuma sering ngeliatin dan nyariin dese mau dimana pun si mas berada. Di kelas, di lapangan, pas belajar, pas lagi main, berenang, dll dll. But that's all. Bisa jadi banyak sih kebodohannya, mungkin saya lupa, atau emang si hukum alam itu tidak berlaku pada saya, entahlah. 

Nah, lalu akhirnya ketika fall for the same person jilid 2 yang sekarang (ini asik banget deh kiasannya, ibarat lagu lawas, ini ada versi remake-nya jadi modern dan kekinian hahaha), masih nggak ada juga tuh kebodohan yang saya rasa aneh. Malah itu tadi, makin bener dan normal kelakuan dan pola pikirnya dibanding biasanya hahahaha. Kelakuan paling minus kalau sekarang ya.... Mulai suka ngeliatin Pinterest dan postingan garden wedding aja di Google. Eh? Bukan deng hahahaha. Hmm kalau sekarang yaaaa makin nggak ada kelakuan minusnya, malah lagi sok-sok belajar jadi orang yang lebih serius hahahaha walaupun ujung-ujungnya diketawain juga sama si mas. "Nanti ada waktunya kok kita ngomong serius." And then I die. Hahahahah nasib anak nggak pernah serius, sekalinya giliran digituin jadi jiper

Jadi.......
Kenapa dong ada istilah jatuh cinta membuatmu bodoh itu ya?????

*Benar-benar penasaran*


Monday 22 August 2016

Geblek

Belum nulis apa-apa, tapi saya udah ketawa-ketawa sendiri dalam hati. Geli sendiri eheheh

Jadi, pertama gpp deh ya, wong blog ini juga saya bikin supaya bisa ngikik-ngikik sendiri (lalu ketawa sendiri lagi) hahahaha...
Buat gagal paham, gpp. Emang saya lagi mau cekikikan aja sih hahahaha

Ok, jadi ceritanya adalah tadi saya sempat nyari di Gugel, buku barunya Ayudia & Ditto yang baru. Awal taunya juga dari postingannya Tasya di Path yang beli buku itu pake T-cash promo. Penasaran, saya pindah lapak ke IG, cari tau apasih #Temantapimenikah (judul bukunya mereka) itu? Nah, yaudah gitu doang, kalau nggak salah 2 hari lalu ngeliatnya. Lalu, abis lunch tadi saya keinget lagi dan gugel lagi review bukunya. Nemu beberapa review, lalu nyasar ke artikel tentang How To Be a Good Bridesmaid.



Yang bikin saya ngikik-ngikik adalah.....
 Di artikel itu kan katanya harusnya yang jadi center adalah si bride to be, which is sudah banyak sekali sahabat saya yang jadi bride, tapi saya kemana??? Worst, saya malah pernah marah-marah ke Feli karena dia kebanyakan ngeluh ini itu tentang persiapan weddingnya dan saya kasi masukan, eh dia ga terima. Jadi saya bilang, gausah cerita lagi deh ttg persiapannya. Hahahahahah jahat banget saya ya. Pas baca artikel itu saya cekikikan membayangkan betapa galak dan unfriendly-nya saya sebagai seorang bridesmaid



Semoga kalau Feli baca, dia mau maafin saya dan ga membalas dengan cara yang sama hahahahah. Dan saya berdoa, semoga pas giliran saya yang ribet dengan ini itu persiapan pernikahan, temen-temen saya lagi pada baik moodnya semua dan lagi banyak rejekinya, biar happy-happy semua.
*Wink!* Hahahahahah





Thursday 11 August 2016

Profesional (Just a thought)

Beberapa hari belakangan ini saya suka menimbang-nimbang, baik menimbang yang real dan countable, yaitu menimbang berat badan (yang naik 0,7 kg dari terakhir sekali saya timbang), juga menimbang pikiran (tidak ada alat ukurnya). Pertimbangan saya yang terakhir menyangkut tentang karir sebenarnya, atau jika ditarik garis lurusnya sampai lurus sekali ke ujung bumi, inti dari pemikiran saya ini adalah tentang masa depan. Yang jauh. Berpuluh-puluh tahun ke depan. Apa profesi saya ke depannya?

Bukan berarti saya mau resign (lagi) loh :) Tapi kalau dikasih rejeki yang lebih baik lagi, saya pasti terima! Eheheh

Sebagai mahasiswi jurusan manajemen (yang murtad), saya pernah belajar tentang beberapa aspek yang mendukung profesionalisme, salah satunya adalah Komunikasi Profesional. Di diktat (fotokopy-an) yang saya pelajari, diterangkan tentang berbagai ciri dari seorang profesional dalam beberapa bab yang bisa dijadikan sebagai lookbook jika ingin berdandan ala profesional. (Tidak bermaksud sarkas) jenis pakaian, bahan celana, ikatan dasi, even model sepatu ada di diktat (fotocopy-an) tersebut. And....?

Menurut literatur, profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.

Individu --> Keahlian --> Dibayar 

Menurut pengalaman saya di beberapa instansi dan perusahaan, ada beberapa jenis pekerja (yang sampai saat ini saya belum tahu, apakah bisa digolongkan menjadi profesional sesuai dengan pengertian di atas atau tidak), yaitu :
1. Hired by his/her expertise
Lulus dari jurusan tertentu, pada umumnya jurusan teknik, accounting, dan bidang-bidang yang sekolahnya memang spesifik, seperti desain dan dokter.

2. Hired by company necessity
Lulusan dari semua jurusan, untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan pekerja, contohnya program Management Trainee, marketing (kebanyakan marketing diberikan target untuk dicapai dengan cara apapun, sehingga tidak perlu mempelajari bidang yang spesifik untuk menjadi tenaga marketing), serta beberapa posisi yang mengandalkan kekuatan tarik menarik alam semesta untuk bertemu dengan kandidat yang tepat untuk mengisinya, tepat seperti yang saya alami di seluruh sejarah pekerjaan saya selama ini. 

 Pada bidang jasa, menurut saya hampir semua bidang sesuai dengan pengertian profesional di atas, yaitu memiliki keahlian tertentu, dibayar untuk menggunakan keahlian tersebut. Keahlian seperti apa sih yang dimaksud? Keahlian yang didapatkan dari jalur pendidikan formal seperti sekolah, perkuliahan, kursus, sertifikasi keahlian, atau termasuk yang belajar sendiri alias otodidak? Misalnya, jasa seorang pengamen dibayar karena telah menghibur, apakah termasuk profesional atau tidak?  Pengamen jalanan yang benar-benar di jalanan atau lampu merah ya... Karena pengertian pengamen sekarang terkadang diberikan untuk orang-orang yang memang belajar musik dan menggelar pertunjukan, tetapi bertajuk ngamen.

Lagi-lagi ini hanya sebuah pemikiran saya, tidak ada kaitannya dengan literatur tertentu. Menurut saya sendiri, profesional tidak ada kaitannya dengan keahlian dan tingkatannya. Seberapa ahli Anda, sebanyak ada workshop dan sertifikasi yang Anda miliki, setinggi apa sekolah Anda, selama apa sudah menggeluti bidang tersebut, sedalam apa Anda memahami bidang tersebut. Profesional (lagi-lagi hanya menurut pandangan saya) lebih merujuk kepada hati dan ketekunan berbuat baik dan berguna bagi lingkungan dan sesama. Tidak merugikan orang lain, tidak mengambil hak orang lain, tidak menjatuhkan orang lain, tidak mengambil keuntungan pribadi, dan jujur terhadap penggunaan waktu. Saat ini, saya sedang tidak banyak pekerjaan, sehingga saya mempunyai waktu untuk menuliskan pemikiran ini. Apakah saya menghambat pekerjaan orang lain? Atau apakah saya merugikan perusahaan? Alhamdulilah sampai saat ini seluruh pekerjaan saya masih on track, dan ketika harvest datang nanti, kegiatan saya mungkin dua atau tiga kali lipat intensitasnya daripada saat ini.

Pekerjaan dan profesional menurut saya (lagi) merupakan dua sepupu yang berasal dari satu darah, namun bisa disubstitusi. Tidak harus memiliki keduanya, walaupun idealnya adalah ketika Anda mempunyai pekerjaan dan profesi di dalam wadah yang sama. Ayah saya adalah seorang penasehat hukum. Pekerjaannya adalah penasehat hukum, begitu juga dengan profesinya. Alangkah bahagia hidupnya.

Di kantor saya yang lama, ada seorang tenaga administrasi yang pekerjaannya (atau lebih tepatnya, job description-nya) adalah mengurus berkas administrasi pengajuan untuk berlangganan. Sepengamatan saya, sehari-hari yang dilakukan dari orang tersebut adalah berjualan baju online yang dibawa ke kantor, serta menawarkan barangbarang jualan yang lain, sering menghambat pekerjaan tim karena terlambat menginput data dan pernah cuti satu setengah bulan (Puji Tuhan tim tidak merasa kehilangan karena tidak ada bedanya dia datang ataupun tidak). Pertanyaannya, apakah orang tersebut profesional? Mendapatkan bayaran dari usaha yang tidak maksimal (lagi-lagi menurut saya), dan keahliannya adalah..... (saya masih mencari keahliannya sampai sekarang dan belum menemukan even one thing)

Me as employee, tidak mempunyai basic apapun di bidang yang saya jalani sebelumnya, tetapi saya mau dan saya belajar. Sekarang saya mempunyai pekerjaan, tetapi belum menjadi profesi saya. Saya diberikan bayaran untuk usaha saya menjalankan bagian roda perusahaan di bidang saya, dan Puji Tuhan masih ada yang mencari saya ketika saya tidak bisa hadir di kantor. 

Kembali ke pemikiran masing-masing orang lagi, apakah profesional menurut Anda?

   
 




Wednesday 10 August 2016

But....

Hi again...

Setelah inhale & exhale beberapa kali tarikan nafas (ceile), in the end seperti ada yang mengalahkan ego saya, enggak tau apa, siapa dan bagaimana. Terpojok di sudut, egonya nggak bergerak kemana-mana, malah kayak disuntikkan sesuatu ketenangan..

And it repeatedly happened. Neither a day nor a case that left without peace in the end. Namaste yah?! Hehe

Hmm okay. Jadi, berumur 27 itu membingungkan. Buat saya nih ya, personally. Sebagai makhluk yang maunya banyak banget, seperti mau kuliah ke luar sampai sudah nyatetin semua deadline pendaftaran sampai biaya dan langganan milis dan karena saya pengen banget sekolah di situ (mau nangis mintanya sama Tuhan supaya diizinin sekolah disitu), tapi umurnya udah 27, sekolah 2 sampai 4 tahun, kembali umur 30 something. Hiks. Tapi pengen banget banget (masih selalu mau nangis berdoa sama Tuhan supaya diperbolehkan untuk sekolah disitu apapun keadaannya) huhuhuuuu

Susah daftarnya? Even Dian Sastro saya lihat baru posting kalau dia juga pengen banget sekolah disitu dan belum kesampean, maka bercita-cita untuk nyekolahin anaknya aja disitu. 

Lalu saya bosen kenapa sih sebenernya?

Saya bosen mikirnya :(((

Saya banyak pertimbangannya dan bikin bosen sama keadaan yang sekarang jadinya, karena mikirnya udah capek.Bukan karena bosen disini maka saya mau sekolah jauh loh... Tapi karena emang beneran pengen dan sampe sekarang masih 'membujuk' Tuhan, supaya kasi saya izin untuk sekolah disana, dan kasi saya kesabaran untuk menunggu.

What we believe will be turn to be our own.
Amin, yah?

Bosen

Apa penyakit paling berbahaya untuk makhluk berusia 27 seperti Silvia?
Jawabannya adalah : B.o.s.a.n.

Either need to take a new road, or try harder to stay and eat the boredom even harder :(

Belom nemu obatnya, why oh why????







***First day notice***

Tuesday 9 August 2016

Hamil (Ep. 1)

H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...