Saturday 26 January 2019

Hamil (Ep. 1)

Halo...

Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuannya, gimana planningnya, apa rasanya (yang pasti excited tapi degdegan parah hahaha), terus gimana reaksi orang-orang sekitar. Tapi bukan gimana cara bikinnya ya hahahahahahahahahahahahah *ditimpuk kemplang se-Indonesia)

Berhubung sebenarnya cerita kehamilan ini bersifat sedikit privasi, maka kemarin saya minta izin kepada suami untuk menuliskan pengalaman kehamilan saya sebagai wadah untuk bercerita, sharing kepada orang-orang yang membutuhkan, termasuk sebagai jurnal saya sendiri supaya punya record perjalanan kehamilan sampai nanti mudah-mudahan si baby lahir. Dengan persetujuan suami maka saya akan banyak bercerita tentang perjalanan kehamilan saya di blog ini ya ☺

❤❤❤❤❤ Planning Kehamilan ❤❤❤❤❤

Sebelum menikah, saya dan suami sudah membahas tentang plan kehamilan dimana kami ingin memberikan waktu kepada kami berdua untuk beradaptasi sebagai pasangan. Sebagai pasangan LDR semasa pacaran, tentunya ide ini menjadi kesempatan untuk kami dalam mengenal pasangan satu sama lain dengan lebih mendalam. Maka awalnya persiapan sampai kami akan memiliki anak direncanakan selama 3 tahun. Hahahaha lama ya? Iya, lama. Banget. Eits, itu maunya suami tapi... Awalnya saya pikir juga, yasalam 3 tahun mah keburu saya bosen duluan. Tapi suami saya berpendapat, cepat atau lambat bukanlah patokan dalam hubungan, melainkan kita berdua sebagai pasangan. Ngga mau kan punya anak buru-buru tapi kitanya aja belum sepaham, belum saling mengerti, belum settle dengan pasangan. 

Semacam tegas dan keras emang dibuatnya alibinya, but  I can say I agree with him. Yang saya tidak sepaham hanya waktunya. 3 tahun bisa lulus SMP, kan? Hahahah

Tapi... sang suami juga mengeluarkan mandat, kalau memang sudah ada panggilan hati menjadi ibu, ya mau tidak mau, programnya juga akan kita percepat. Deal. Hayati lega. Wkwk

Waktu berjalan...

3 bulan pernikahan dilewati dengan manis dan tanpa pertikaian rumah tangga (Alhamdulilah...)

6 bulan berjalan... Masih manis. Berantem pun tidak pernah. Ngambek sesekali pun tidak parah. Wow yah! Emejing sekali perjalanan berumah tangga ini. Tidak semengerikan yang orang-orang bilang heheheheh

Bulan ketujuh pernikahan. Istri merasa sudah sejalan dengan suami, sudah sebahasa, sudah seranjang (nah kan...), cita-cita luhur sudah digoreskan dengan tinta emas di dalam sanubari... Akhirnya si istri mengajukan PK alias Peninjauan Kembali atas Surat Perintah yang sudah disepakati awalnya. Perdebatan terjadi lumayan alot, sekitar 2 minggu. Dimana 2 minggu itu masing-masing kubu memberikan pendapat dan penglihatan dari sisi masing-masing. Untungnya sudah se-visi, cuma rute dan cara masing-masing yang berbeda. Sampai di suatu hari akhirnya si suami luluh, dengan alasan "Asalkan kau bahagia..." Ceileh...

Maka planning untuk mempunyai anak dari yang awalnya 3 tahun dimajukan menjadi 6 bulan. Tidak dengan unsur paksaan (masih bahagia dan menyenangkan kok "proses"nya hahahahah), akhirnya di bulan November 2018 dimulailah program kehamilan secara organik alias mandiri berdua. 

❤❤❤❤❤ Proses Menunggu Kehamilan ❤❤❤❤❤

Setelah akhirnya kita resmi memulai program kehamilan, saya langsung berkonsultasi dengan BFF, dimana grup ini isinya bapak dan ibu yang sudah memiliki anak semua, bahkan ada yang sudah 2. Bukan konsultasi resmi, hanya sounding "Eh gw udah mulai program nih." Mereka juga tau sedari awal menikah saya dan suami memutuskan untuk menunggu waktu dulu untuk hamil. Jadi lebih banyak sharing yang saya dapatkan dari mereka. 

Sedari awal, saya sudah mulai was-was memantau setiap tanda-tanda kira-kiranya saya langsung hamil. Mulai dari browsing tentang tanda-tanda kehamilan, check-check kalender, termasuk sharing pengalaman temen-temen BFF. Eh ternyata program hamilnya sudah melewati masa ovulasi, karena 11 hari dari program dimulai, saya menstruasi. Deg-degannya hilang deh.... sedikit. Karena menunggu bulan depannya lagi kan hahahaha

Dari hasil research saya (cieee research) ternyata kehamilan bisa terjadi jika pembuahan terjadi sewaktu ovulasi, dimana waktunya sekitar 14 hari sebelum menstruasi.Terus saya juga baru tau kalau ovulasi itu terjadinya hanya 1 hari, bukan selama masa subur seperti perkiraan saya awalnya hahahaha... Mesti buka buku pelajaran biologi lagi nih harusnya. Udah gitu ya, ovulasi ini penampakannya samar-samar. Tidak nyata seperti menstruasi yang bisa langsung dirasakan dan dilihat penampakannya. Sebenernya ada sih tanda-tanda detailnya juga, tapi berhubung saya anaknya males, jadinya pokoknya ngitungnya mundur dari jadwal saya harusnya menstruasi aja deh hahaha

Bulan Desember.

Sebenernya saya termasuk yang ontime setiap bulannya. Tapi periodenya yang tidak menentu, bisa 3 hari, pernah juga sampai seminggu. Mulainya selalu di waktu yang hampir sama setiap bulannya. Singkat cerita, sampai jadwal yang seharusnya, saya tidak juga menstruasi. Sampai akhirnya kita ke Medan untuk Natal, belum juga menstruasi. Ya mau ngarep tapi kebawa suasana rame sama keluarga, akhirnya malam pas tidur doang si suami nanya, "Udah dapet belum?"

Setelah terlambat leih dari seminggu, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk membeli testpack di apotik. Konyolnya, untuk beli testpack awalnya saya malu. Trus ngajak suami untuk turun dari mobil nemenin saya. Katanya, "Ih ngapain malu sih, kan udah nikah. Kecuali kamu masih pakai baju seragam sekolah, terus beli testpack. Baru malu." Wkwkwk galak ya dia

Nah, kocaknya, kan kita beli testpack tuh malam. Rencananya mau dipakai besok paginya kan. Tapi.... Berhubung Kabanjahe itu dingin banget banget ya bok, sementara kita udah biasa hidup di Bali yang gerah dan panas, jadilah malamnya selalu mencari kehangatan hahaha (Sumpah ini geli banget nulisnya)

Terus akhirnya sebelum eksekusi untuk si 'kehangatan', kita browsing lagi. Apakah penggunaan testpack ini harus puasa 'yang hangat-hangat dulu'. Eh tapi nggak ada sama sekali informasinya. Jadilah tengah malam berhangat-hangat dulu sebelum tidur kan hahahah untuk bangun jam 5 subuh supaya bisa mencoba kinerja si testpack itu.

Ada 2 jenis testpack yang saya beli. Keduanya langsung dicoba bersamaan. Pas dicoba, eh kok garis dua-duanya (Nyengir lebar). Lalu saya tunjukkan ke suami, masih setengah bingung tapi mulai senang. Si suamik kaget. Senyum-senyum. Terus bilang, "Selamat ya sayang..."

Loh kok selamatnya ke saya hahaha. Terus setelah baca petunjuk si testpack lagi, sampai kita yakin bahwa garis dua itu artinya positif hamil, si suami nyeletuk lagi. "Eh tapi bukan karena habis ((berhangat-hangat)) kan tandanya jadi dua begini?" Hahaha saya sudah nggak bisa menanggapi karena masih ngantuk banget. Ujung-ujungnya narik selimut mau lanjut tidur lagi. Terus si suami sambil meluk perut saya, terus berdoa :))))

"Bapa kami yang ada di surga......dst

Rasanya? B-A-H-A-G-I-A. Totally bahagia. Bukan cuma karena hamil, tapi karena artinya kita berdua berhasil. Tuhan kasih kita yang kita pinta :))) Walaupun sempat degdegan, kira-kira kita hamilnya cepat atau mesti usaha ini itu kayak orang lain yang mesti program ke dokter dll.

Hehehe

Pokoknya masih bahagia deh sejak si testpack itu menunjukkan hasil yang sama dua-duanya. Semenjak itu si suami sudah mulai perhatian lebih detail lagi sih dari yang sudah perhatian sebelumnya. Tapi kita belum kasih tau siapa-siapa, rencananya mau surprise untuk malam pergantian tahun malamnya.

Gimana reaksi keluarga dan teman-teman dengan announcement kita, lanjut di postingan selanjutnya ya...

❤❤❤❤❤
Bumil yang lagi bahagia  


No comments:

Post a Comment

Hamil (Ep. 1)

H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...