Tuesday 24 April 2018

Wedding Day (Part 1)

Hello again! 
(Sambil nyengir dan niup-niupin debu dari blog yang ternyata udah setahun nggak dibuka! Nyahaha)

Ya abis... Kesibukan menyelesaikan kuliah, mulai dari ngerjain tulisan, research, seminar dan sidang, belom bolak balik Medan-Kabanjahe-Berastagi, sampai akhirnya wisuda, terus sambil nyambi nyiapin nikahan, mulai dari lamaran, prewed, hari H nikahan, Kursus Persiapan Pernikahan (KPP), kanonik, ditambah lagi ngurusin pindahan ke Bali! Di samping masih ngurus rumah dengan segala perintilannya tentunya! Wah ternyata banyak juga ya yang saya kerjakan setahun belakangan ini. Mestinya dapat award nih hahahaha kok ngarep

Yah, begitulah riweuhnya kehidupan dalam beberapa bulan terakhir ini, sampai akhirnya sekarang saya sudah pindah ke Bali (yeaay) dan memulai hidup yang baru dengan pasangan impian saya sedari kecil (ciehh). Berhubung sekarang belum kerja kantoran dan masih banyak waktu luang (padahal jurnal untuk menebus ijasah S2 juga belum selesai, ngakunya banyak waktu luang hahaha... Jangan ditiru ya pemirsah) jadi bisa deh mulai nyicil cerita tentang kawinan kemarin. Yang namanya salah satu even terbesar dalam hidup ya bok ya, nggak boleh dilupakan. Kalau perlu semua perintilan detailnya diceritakan hihihi... Biar memorinya tetap kekal abadi (apeulah).

Karena ceritanya so pasti sudah banyak dan rempong, maka izinkan saya (udah kayak menghadap inspektur upacara) untuk membagi cerita saya ke dalam beberapa part yaaa. Kali ini ceritanya tentang perintilan pemilihan vendor dan keriweuhan persiapan. 

Cerita tentang perasaan, haru biru, mood dan mental akan saya ceritakan di part yang berbeda. Susyeeeee nahan harunya kalau udah cerita bagian itu tuh (yang sudah menjalani pasti ngerti kan ya kan kan kan....)

Ok, lets start then.

Bisa dibilang, pernikahan saya ini adalah impian saya yang tidak pernah saya bayangkan akan menjadi kenyataan sebelumnya. Pernah nggak sih kalian punya wild dream, yang kalian sebenernya pengeeen, tapi kok kayaknya nggak akan kejadian deh. Atau susah lah untuk terwujud. Misalnya nih ya contohnya biar gampang ngebayanginnya, mimpi untuk pacaran sama Brad Pitt. Pengen kan? Secara Brat Pitt ya bok, idola wanita. Tapi.... Kemungkinan untuk terwujudnya yaaa paling cuma nol koma sekian sekian persen lah hahaha... Kecuali kita artis Holywood. Mungkin, tapi yaaa.... Ngerti kan ya maksud saya?

Nah, begitu juga yang saya alami dalam pernikahan saya ini. Pernikahan yang dalam nama Tuhan Yesus semoga selalu sekali sampai selamanya, sampai kakek nenek sama si Mas selalu bahagia rukun sejahtera. Diaminin ya pemirsaaaah eheheh

Kenapa saya bilang mimpi saya semua? Yang pertama, tentu saja karena pasangannya! Saya dari dulu punya impian (asik ya bahasanya impian) untuk menikah dengan orang yang sudah lama saya kenal, biar tau bibit bebet bobot mulai dari keluarganya sampai kepribadiannya, jadi nggak banyak penyesuaian dan belajar adat istiadatnya. Secara menikah itu kan melibatkan keluarga, both keluarga inti dan keluarga besar ya bok ya. Dan, no tipu-tipu. Soalnya udah lama kenal hahahaha... Anaknya insecurenya tinggi soalnya kak 

Eh... Tanpa dicari kesana-kemari, si Mas menyerahkan diri untuk bertemu lagi, sampai akhirnya kita dekat lagi dan menikah. Perfect! Semua persiapan, mulai dari perkenalan ke keluarga, ngomongin persiapan, lamaran, sampai hari H nikahan semuanya berjalan dengan sangat sangat baik. Puji Tuhan seluruh keluarga besar yang terlibat bisa merasakan kebahagiaan yang kita berdua juga rasakan, lingkaran keluarga kita yang semakin besar pun langsung akrab, bahkan ternyata keluarga kita banyak irisannya. Bapak saya ternyata teman baik dengan pamannya si Mas yang tertua, bibinya si Mas ternyata adiknya mertua abang saya, which is untuk ngobrolin persiapan semuanya sudah lebih akrab karena sudah mengerti tentang karakteristik keluarga masing-masing. Penyambung lidahnya juga banyak yang sudah kenal sebelumnya. Benar-benar langsung nyambung. 

Nyiapin nikahan dengan 3 adat yang berbeda sudah pasti ribet. Ribet. Banget. Bahkan di awal-awal pembicaraan tentang pernikahan ini, saya pernah kelepasan moodnya drop sangking pusingnya dan minta untuk diundur saja pernikahannya. Ya itu tadi, secara mental saya belum siap untuk terjun langsung menghadapi yang super ribet aturannya, ritualnya, perintilannya, jumlah orang yang terlibat banyak, masing-masing orang punya pemikiran yang berbeda, bingung mau ikutin yang mana, belum lagi keinginan yang beda-beda dari tiap anggota keluarga. Sebulan pertama persiapan pernikahan benar-benar kayak diplonco! Gemas untuk selalu marah-marah hahahaha...

Puji Tuhan saya punya bapak yang sangat luar biasa sabar untuk menghadapi mood swing dari anak perempuannya yang terakhir ini. Dengan sangat bijaksana Bapak bilang, "Nggak boleh mundur lagi ya Boru... Kalau ada yang nggak sreg dihatimu, cerita sama Bapak. Nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama. Nggak harus melibatkan semua orang, kita saja. Kalau kita sudah punya niat baik, mudah-mudahan Tuhan melancarkan rencana kita."

Bapak saya the best ya? :))

And that was how it all started. Setelah sebulan pertama yang penuh drama kumbara, akhirnya saya pelan-pelan belajar untuk menjaga mood saya pribadi. Lebih santai untuk mencari vendor, mencari inspirasi di kala waktu lagi senggang saja, tidak diburu-buru waktu, membicarakan hal yang saya suka dengan orang-orang yang saya percaya saja (sahabat-sahabat saya sangat berjasa dalam memberikan referensi), sambil terus mengkomunikasikan setiap perkembangan yang sudah berjalan ke si Mas. Setiap perkembangan, baik yang besar sampai yang sekecil pilihan warna sepatu yang sudah saya coba. Padahal baru juga nyoba hahaha.. Secara si Mas tinggalnya jauh diseberang 2 pulau, setiap persiapan detail yang ada di Kabanjahe saya hadapi sendiri. Termasuk menghadapi orang-orang itu tadi yang kadang ada saja yang nyebelin hahaha...

Wedding dream untuk setiap perempuan sepertinya hampir sama ya? Pokoknya kalau sudah bisa pakai vendor yang diincar sejak dulu-dulu, sudah bahagia. Kalau laki-laki sih sepertinya nggak rempong ya... Seperti si Mas, setiap ditanya maunya seperti apa, cuma bilang, "Gimana maunya kamu aja." Paling ya dikasih pilihan, lebih suka ini atau itu. 

Kalau untuk vendor sendiri, yang paling penting untuk saya adalah : venue, make up artist, dokumentasi, catering dan dekorasi. Puji Tuhan semuanya bisa saya sendiri yang pilih hehehe...
Setiap keinginan besar dan kecil yang saya punya bisa terwujud, happy! Awalnya sudah takut-takut sih, kalau mau yang ini sepertinya over budget, atau takut waktunya nggak pas, dan lain sebagainya. Tapi lagi-lagi Tuhan memang luar biasa baik sama saya (sama semua orang sih ya hehehe) mulai dari vendor terbesar sampai vendor akhirnya tercapai untuk jadi vendor nikahan saya.

Lagi-lagi, seperti halnya memilih pasangan, dalam pemilihan vendor pun saya pengennya adalah vendor yang sudah akrab sama saya. Saya bikin kebaya di ibunya sahabat saya, pilih catering di ibunya sahabat saya yang lain, minta fotoin sama teman yang sudah sering fotoin saya, di make up-in sama MUA yang make up-in saya waktu prewed yang sudah cocok di waktu foto session sebelumnya. Berdasarkan pengalaman saya itu, jadi bener deh katanya si Mas dan Bapak saya, segimana enaknya (sregnya juga) saja dalam nyiapin pernikahan. Jadi buat kalian yang lagi nyiapin pernikahan, atau belum nyiapin tapi sudah mulai ngebayang-bayangin pernikahan, saran saya cuma satu. Relax... Catat aja apa yang penting dan harus banget tercapai dalam impian kalian, pelan-pelan (mudah-mudahan) bakal tercapai kok. Kalau mau dishare sama saya, nanti saya bantuin doain deh biar terwujud hahaha... Oiya satu lagi yang jangan sampai ketinggalan, berdoa nggak putus-putus. Kalau menurut saya, berdoa itu hampir setengahnya dari pasrah. Setengahnya lagi meminta (mungkin bisa ngotot ya mintanya hehehe). Jadi balance. Ngotot minta dan pasrah. Ya kalau dikabulkan, seneng banget puji Tuhan. Kalau nggak dikabulkan, legowo aja, karena udah pasrah hahaha...

Gimana kira-kira? Sudah keyang belum riweuh dan happynya saya selama menyiapkan pernikahan kemarin? Seseru itu memang, nano-nano. Tapi kalau dijalanin dengan mengingat tujuan kita terlibat dalam ribet-ribet itu, ujung-ujungnya pasti bisa balik semangat lagi moodnya. Kalau tips saya, kalau udah capek ngurusin dan mikirin ini itu, cari aja temen buat sharing. Bisa pasangan, bisa dengan teman atau sahabat. Kalau saya, seringnya sama sahabat, karena emang sahabat-sahabat saja ajaib-ajaib semua hahaha... Kalau saya cerita yang ribet sambil emosi menggebu-gebu atau hampir nangis karena hopeless, biasanya mereka bisa kasih saran yang cling dan jitu, atau.... the best partnya adalah bisa ngebanyol yang bikin saya ketawa terkekeh-kekeh dan seketika lupa dengan gundah gulana. Easy to do, right?

Jadi, buat siapa saja pun yang baca tulisan saya ini, terima kasih sudah berpartisipasi dalam merasakan apa yang saya alami dalam persiapan pernikahan saya, dan selamat berjuang serta selalu semangat buat cita-cita pernikahan kalian! Banyak berdoa, banyak sharing, dan banyak-banyak ketawa dan bahagia yaaa...

Cheers!

Foto di ruang kantor Bapak yang disulap jadi studio sama vendor foto kesayanganku.
Cuma minta pakai background putih polos, and they made it just like the way I dreamed of it :)

 Foto di ruang kantor Bapak yang disulap jadi studio sama vendor foto kesayanganku.
Cuma minta pakai background putih polos, and they made it just like the way I dreamed of it :)
 Persiapan kostum untuk adat Karo. Pertama kalinya pakai tudung semumur hidup 
(walaupun lahir dan besar di Tanah Karo tapi nggak pernah nyobain tudung).
Rasanya? Beraaaaat sekali sampai kepala saya nyut-nyutan dan hampir pingsan! Hahahaha seru yah
 Foto di ruang kantor Bapak yang disulap jadi studio sama vendor foto kesayanganku.
Cuma minta pakai background putih polos, and they made it just like the way I dreamed of it :)
 Pengarah gaya : Tukang foto.
Sudah pasrah aja nggak ada foto balonan karena sampai acara misa selesai, tukang balon belom juga muncul. 
Eh pas selesai acara foto keluarga, muncullah tukang balon yang dirindukan.
Timingnya pas banget, jadi bisa langsung foto bersama temen-temen yang gokilssss ini 
 Adat Batak Toba. Dari acara adat Karo, hanya ganti tudung ke sortali dan rambut disanggul lagi. Seharusnya sebelum ganti adat Batak Toba, ganti baju adaat Nias dulu, tapi nggak keburu lagi. Untungnya adat Nias sudah di hari sebelumnya
 Adat Batak Toba. Dari acara adat Karo, hanya ganti tudung ke sortali dan rambut disanggul lagi. Seharusnya sebelum ganti adat Batak Toba, ganti baju adaat Nias dulu, tapi nggak keburu lagi. Untungnya adat Nias sudah di hari sebelumnya
 Nari dan nyanyi (adu pengantin) dalam adat Karo. Walaupun sudah persiapan dari lama sebelumnya, di hari H apa saja bisa terjadi, termasuk tiba-tiba lupa nada dan lirik. Intinya, pasrah saja. Selalu ada bala bantuan yang tidak terduga, seperti saudara yang berdiri disamping dan memberikan aba-aba untuk balik ke jalur yang benar :))
Muka bahagia karena akhirnya boleh duduk di bangku pelaminan. Duduk dalam artian yang sebenarnya. Karena sepanjang acara adat, kita banyak berdirinya sampai pegal :")) Begitu duduk, tukang foto langsung nyuruh berdiri lagi buat foto session hahahaha asyem... Tapi pasrah lagi, cuma sekali seumur hidup ini. jadi walaupun capek dan sejujurnya pengen selonjoran, langsung pasang tampang nyengir di depan kamera. :D

Vendor dalam pernikahan saya :
Venue : Pemberkatan di Gereja Katolik SPM Kabanjahe, Adat & Resepsi di Jambur Rudang Mayang Kabanjahe
Prewedding : New York Art ( http://www.newyorkartphoto.com/ )
Gown : New York Art
Kebaya : Debbie Rumah Mode (https://www.instagram.com/debbierumahmode/?hl=id )
Make up : New York Art
Hand bouquet & corsage : New York Art
Adat Karo : Salon Eka Kabanjahe
Adat Batak : Mangulosi cabang Medan ( https://www.instagram.com/mangulosi/?hl=id )
Catering nasional : Nande Monica Medan
Wedding ring : Frank n Co
Documentation : S2 Visual Medan ( https://www.instagram.com/s2visual/?hl=id )
Decoration : Altar gereja by Susteran, pelaminan by Salon Eka
Mobil pengantin : Hadiah dari adik saya yang sampai sekarang masih dirahasiakannya dari mana :"))
Shoes and sandal : Dari kakak saya, berganti sepatu dan sendal beberapa kali, tidak diperhatikan merknya apa saking riweuhnya :D
Souvenirs : Royal Wedding Souvenir ( https://www.instagram.com/royalweddingsouvenirgrafis/?hl=id )


Hamil (Ep. 1)

H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...