Wednesday, 27 April 2016

Sensitif Tidak Pada Waktunya

Hai, curcolan lagi yuk! Hahahaha ajegile curcol mulu bawaannya akhir-akhir ini, ngga tau kenapa. Tadi abis ngeliatin youtube some Aussie guy yang propose pacarnya di studio bioskop, setelah sebelumnya dia bikin live video dan dilanjutkan dengan kemunculan di orang ybs di studio. Hmmm... Seakan flashback ke sesuatu masa ya. Hahahahaha
Dan anehnya, tapi pas nonton, saya ngerasa, sweet banget yaa... Semut kalau nemu yang begituan pasti udah bikin sarang disitu. Tapi, kenapa dulu pas berada di posisi yang sama, saya ngerasanya biasa aja ya? Malah yang saya ingat, setelah itu malah berantem gede sampai saya nangis-nangis segala. Hahahahaha
Apa yang salah????

Pesan sponsor : Curcolan di atas bukanlah sebuah bentuk penyesalan apalagi bentuk gerakan bawah tanah untuk berusaha kembali ke suatu masa, melainkan sebuah wujud analisis sejarah tentang frekuensi kesensitivitas yang diukur dari kemampuan untuk merespon peristiwa dikalikan dengan tingkat kematangan berpikir dan mengapresiasi yang menghasilkan response yang berbanding lurus dengan suasana hati dan logika.
*Aseq.
*Trims.

Nah, pada akhir dari analisis saya yang sudah dijabarkan dengan panjang lebar namun ngelantur di atas, saya berkesimpulan :
H0 : Tidak ada relasi antara masa dengan tingkat kesensitivitas perasaan.
H1 : Ada relasi antara masa dengan tingkat kesensitivitas perasaan.

(Saya ngga perlu bikin diagram atau survei menyebarkan kuesioner yang diakhiri dengan analisis hasil dari SPSS kan? Hmmmm)

Mungkin ada benarnya, ketika berada di posisi itu, saya merasa biasa saja karena mood saya lagi males, atau -lagi logika- banget anaknya. Yang saya ingat, mulai dari awal saya diposisikan di tengah ruangan dan selama menonton video, yang ada di pikiran saya adalah detail peristiwa, lokasi, oknum, dan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang lainnya. Ibaratnya, saya seperti ikan yang berada di akuarium. Waspada. Siaga tingkat 1.
Don't know why.

Pada kondisi kedua, yaitu pada hari ini dan melihat tayangan yang sweet menurut saya pada masa tadi (aneh juga ya pilihan katanya, masa tadi) saya sedang berada pada mood yang tidak ada tekanan, hanya break dari pekerjaan dan pikiran saya sudah sedang rileks which is tidak mengharuskan saya berpikir banyak, hanya melihat (menonton), membiarkan syaraf penglihatan mengirimkan pesan kepada pikiran untuk dicerna dan ternyata hasilnya : hati dan pikiran saya sinkron mengatakan bahwa peristiwa itu adalah moment yang sweet. Bukan salt. Karena ini bukan popcorn. Ditambah extra butter.
(Ah sial, jadi pengen popcorn!)

Nah, jadi sebenarnya judul dari postingan ini memang tidak ada benarnya. Sensitif Tidak Pada Waktunya. Karena sesungguhnya, yang sungguh benar apa adanya (wait... what???) adalah sensitif itu ditentukan dengan pikiran yang sedang hang (baca : heng) atau clear seperti mata air. Correct?




Link video yang saya maksud : https://www.youtube.com/watch?v=zcQZzYecaJg

Saya nyolong gambarnya dari mas Gugel

No comments:

Post a Comment

Hamil (Ep. 1)

H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...