Siapa yang tidak suka tantangan? Rasanya untuk sekedar merefresh pikiran, tantangan bisa dijadikan salah satu alatnya. Kalau dulu masih 'muda', tantangan yang disukai paling banyak mungkin traveling ke tempat baru, back packer, dan kegiatan-kegiatan seru lainnya yang menantang. Suami saya pernah terjun dari tebing yang dibawahnya ombak deras banget hanya karena merasa tertantang untuk terlihat cool di depan saya yang sedang liburan dengan teman-teman cowok. Ckckck ada-ada saja. Untung nggak kebanting karang deh di bawah itu.
Nah, dengan bertambahnya 'usia' ehmm tantangan yang kita berdua lakukan bukan lagi tantangan yang memacu adrenalin seperti itu. Mungkin sedikit bikin deg-degan juga, tapi deg-degan yang bebih berfaedah. Kesannya lebih mature gitu yah? Heheheh
Jadi... Selama seminggu kemarin saya sibuk mengutak-atik budgeting rumah tangga kita berdua. Sebagai anak manajemen sejati, tentunya saya sebagai istri pengennya keuangan negara a.k.a rumah tangga semuanya terproyeksi dengan jelas dan jelas. Walaupun belajarnya kebanyakan marketing, saya sadari bahwa akar dari pengaturan keuangan yang baik adalah perencanaan, pembukuan, dan implementasi. Kalau sudah ok semuanya, baru deh masuk ke development-nya dalam bahasa bisnis sering disebut ekspansi. Ceileh. Ekspansi kalau di rumah tangga, bukan berarti membentuk keluarga baru, poligami, atau sejenisnya ya.. Tapi si keuangan keluarga itu yang bisa diekspan lagi. Misalnya, jadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang saya lihat menjamur sekali di Bali ini atau koperasi, selayaknya koperasi yang kita pelajari di pelajaran IPS sekolah dasar dulu. Eh, sekarang anak SD masih tau koperasi nggak ya? Secara beli ciki-cikian aja sekarang udah online, ga perlu ke koperasi sekolah hffff
Oke, sampai mana kita tadi ya? Kebiasaan ngalor ngidul ya begini deh. Eh tapi itu tadi BPR atau koperasi sebelumnya cuma becandaan ya. Saya nggak ada rencana kok menyatukan urusan rumah tangga sama bisnis wkwkwk.
Back to the topic. Setelah seminggu bersemedi dan meracik, akhirnya saya menemukan adonan terjitu lah ceritanya untuk keuangan keluarga kita berdua. Sekarang ini kan yang jadi sumber pemasukan tetap untuk keluarga kita masih berasal dari bapak suami, sedangkan sang istri ini masih tidak tetap tetap incomenya, tapi kedudukannya tetap di hati kok. Ehmm oke balik lagi ke topiknya.
|
Source : rocketcitymom.com |
Nah, singkat cerita, saya membuat rumus perhitungan yang menurut saya nggak mungkin untuk kita jalankan, karena menurut pengalamannya selagi masih single it never happen. Imposibble. Tapi yaaaaaa yang namanya Silvia ya, selalu berprinsip imposibble is nothing wkwk akhirnya setelah dijelasin rinci serincinya, detail sampai persentase titik koma segala, akhirnya sang bapak suami setuju. Nggak tau deh setuju karena memang akhirnya merasa kalau itu mungkin, atau karena udah capek berdiskusi sama istrinya yang kalau menjelaskan sesuatu sampai rinci dan penuh trik marketing yang membuatnya pasrah mengikuti 'proposal' si istri wkwkwk.
Apa isi proposalnya, belum bisa saya jelaskan disini. Karena dibalik dari keberhasilan saya dalam menjelaskan dengan rinci dan sepertinya bapak suami sudah setuju, bapak suami juga memberikan tantangan kepada saya bahwa segala printilan yang saya utarakan itu harus terperinci juga dengan baik di dalam file excel, which is belum selesai saya buat. Memang selama ini kita selalu menggunakan file excel dalam membuat perhitungan keuangan keluarga kita, tapi instrumen dan jadwalnya akan saya rubah menjadi lebih detail lagi.
Jadi kenapa sih kita berdua repot-repot untuk saling menantang seperti ini? Tujuannya nggak lain dan nggak bukan adalah demi kebaikan kita bersama, demi masa depan yang lebih terarah, dan lebih sejahtera. Karena kita berdua ini sometimes pembawaannya sama, yaitu menabung dengan tidak konsisten. Bahasa kerennya, imannya lemah. Nah, ketika saya akhirnya menjelaskan kepada suami tentang instrumen keuangan yang akan kita gunakan dan ke arah aman investasi yang akan sebaiknya kita pilih, suami menantang saya juga untuk keep it on track. Jadi intinya saling mengingatkan ketika salah satu sudah bilang, "Gimana kalau kita pakai untuk hura-hura aja si tabungan ini?" atau "Liburan yuk..." atau "Makan diluar yuk..."
Bukan berarti kita ingin menyiksa diri dan being hard on ourself juga ya. Justru dengan membuat proyeksi yang lebih nyata dan terarah, kita berdua lebih menghargai jerih payah kita setelah bekerja. Kita jadi paham bahwa setiap kelelahan yang kita rasakan itu bertujuan kemana. Liburan dan makan diluar masih boleh kok, asal perencanaannya matang dan masih aman untuk keberlangsungan keuangan.
Banyak cara yang sudah saya pikirkan untuk mempermudah rencana ini, supaya tidak harus setiap hari mengutak-atik si file excel seperti yang ada di bayangan suami. Termasuk cara-cara untuk membuat kita kembali bersemangat ketika akhirnya mau nyerah dan bosan dengan sistem tersebut. First, wish me luck yaaa sebagai Ibu Rumah Tangga yang baru, saya mau manajemen rumah tangga yang dipercayakan suami saya ke saya juga berjalan dengan prestasi yang baik.
Semangat!