Friday 19 February 2016

Thank you to Blender

Salute to Mr. Stephen Poplawski yang pada tahun 1922 (Endonesia tercinta belum merdeka) telah berhasil membuat prototipe Blender yang pertama dengan meletakkan pisau yang berputar di dasar wadah. Tanpa ide brilian dari Mr. Poplawski ini, saya yang malas luar biasa (namun tetap cantik luar dalam) tentunya tidak akan berhasil membuat ikan aneh yang dibawa ayah saya tadi malam menjadi olahan makanan yang nikmat sekali.

****Kok rasanya kalimat di paragraf di atas itu hanya 2 kalimat, tapi panjang dan belibet yak?!***

Oke baiklah, mari kita persederhanakan (Bahasa apa ini?) ceritanya.
Alkisah demikian.

Di rumah saya, ada 4 buah blender (3 rusak dan hanya 1 yang masih berfungsi. Itu juga baru dibeli 2 minggu yang lalu). 4 paket mungkin lebih lengkapnya. Terdiri dari berbagai jenis merek dan warna, begitu juga ukuran. seingat saya, blender-blender itu sudah ada sejak saya pindah kembali ke rumah Medan ini. Hmm, banyak juga ya blendernya. Bisa untuk main Evening Tea sama teman-teman arisan. Arisan brondong. Brondong jagung.

FYI : Brondong di Kabanjahe itu maksudnya adalah popcorn. Check-check Google, eh malah lebih kocak lagi. Popcorn dalam bahasa Indonesia adalah jagung meletus!
Hwahahahahaa Meletus?!

Hahahahahaa oke baiklah, mari kembali ke pembahasan blender. Kita move on dari brondong. Wkwkwkwk tapi masih kocak aja ngebayangin si Popcorn menjadi jagung meletus, lalu jadi brondong! Huahahahahh

Kemarin malam, ayah saya pulang dengan bawa ikan segar 1 ember. Dan beberapa jenis sayuran. Belinya di tukang ikan di jalan Setia Budi, yang bukanya cuma malam hari dan kebetulan orang Karo yang jualan. Jadilah dese sering markombur disitu kalau mau pulang dan ikannya juga segar-segar dan besar-besar. Seru deh belanjanya disitu, habisnya cepat juga. Jadi kalau sore masih banyak pilihan.

Singkat cerita tentang tukang ikan, akhirnya ketika sampai rumah kemarin itu, ayah saya bilang dia belum makan. Padahal adik saya baru saja selesai makan, dan sudah habis stock lauk yang mateng. jadilah saya harus masak lagi kan. Saya lihat ikannya aneh. Besar, gendut, dan tulangnya besar. Jangan tanya saya apa nama ikannya. Saya seumur-umur baru itu juga melihat ikan seperti itu. Sangking bingungnya itu ikan mau diapain, saya sampai tidak kepikiran untuk tanya ke ayah saya perihal ikan apakah itu gerangan?

Kemudian saya merenung, mau dibawa kemana masa depan ikan ini. Untuk ukuran ikan dengan tulang besar seperti ini, rasanya kurang pantas jika menyajikannya dengan hanya digoreng yang tidak menampilkan keahlian juru masaknya juga. Ceileh, mau nyombong aja bilang. Hahahahahah

Lalu akhirnya saya pun mendapatkan wangsit dan terngiang-ngiang suara Ibu saya seakan membisikkan, di gulai sajaaaaaa ikannya. W-w-w-w-w-what??
Digulai???? Dengan bumbu seaneka ragam dan setumpah ruah itu????
OH no.............. Langsung ciut saya membayangkan cabai merah-bawang merah-bawah putih-jahe-kunyit-cabe rawit-sereh-daun jeruk-dan rempah-rempah lainnya. Goreng ikan pakai minyak panas saja sebenarnya saya trauma. Konon lagi harus panas dengan rempah?
Lalu tiba-tiba ada suara halus yang menyemangati saya (sepertinya sih suara hati saya sendiri) yang mengatakan : "Ayo Silvia, kamu pasti bisa melewati tantangan ini. Kalau berhasil dengan tantangan masak gulai ini, cita-cita untuk membuka warunga nasi Padang hanya tinggal beberapa langkah ke depan."
Walaupun mungkin maksudnya adalah langkah kaki jerapah. Beeeeeesaaaaaaar beeeeeeesssaaaaaaarrrrr yaaaaaaa laaangkaaaaahnyaaaaaa.......

Singkat cerita, akhirnya saya bongkar-bongkar bahan di dalam kulkas dan menemukan segala sesuatu yang saya perlukan dan mulai meramu. Dengan kekuatan bulan, akhirnya saya berhasil membuat  gulai ikan pertama yang rasanya pas pedas asam dan asinnya tanpa penyedap. Sedapnya mungkin dari bau-bau keringat saya yang membuat bau amis ikan juga menghilang. Hahahaha
Ayah saya makan dengan lahap, kandas, tuntas, dan kenyang dengan bahagia. Dan saya juga bahagia.
Hahahahahahaa

Terima kasih Mr. Poplawski dari Polandia yang telah membantu saya dalam rangka menunjukkan cinta kasih seorang putri kepada ayahandanya.
Anda pasti masuk surga :)


No comments:

Post a Comment

Hamil (Ep. 1)

H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...