Friday, 2 November 2018

The Academic Journey Rose Again

Hola!

Its me again hehehe (yawla saking lamanya ngga nulis sampe grogi gitu mau ngobrolin apa wkwk)

Ok, tanpa basa basi, langsung tembak di tempat topik yang akan dibahas kali ini. Tak lain tak bukan adalah ............ data.
Loh kok data?

Hmm, jadi gini. Ini adalah bulan ketiga saya masuk ke dunia pekerjaan kantoran lagi. Walaupun mati-matian berniat untuk tidak akan baper lagi di dalam dunia pekerjaan (seperti yang sudah-sudah), tetapi saya masih kecolongan. Di bulan kedua kemarin merupakan neraka dalam dunia pekerjaan lagi buat saya (serius deh ini ngga lebay. Lebay sih, dikit tapi wkwk) yang mana saya terjatuh ke lubang yang sama, yaitu sesuatu perasaan emosionil yang disebut sebagai baper oleh anak Jaksel. Nah loh, kok bisa gitu? Katanya fighter... Tahan banting... Ngga mau baper lagi... Maunya profesional aja, biar fisik dan otaknya aja yang dipakai, hatinya jangan... Tapi ku tak bisa... Ku tak sanggup... Ku masih cinta #loh?!

Ngga deng. Jadi begini pemirsa yang budiman yang saya muliakan. Yang namanya pekerjaan, pasti ada targetnya dan jobdesc-nya. Betul? (Betuuuuul...... *anggap aja ada yang jawab). Nah, sebagai insan manusia yang tak luput dari salah dan dosa (apeulah ini lagi) saya mungkin saking totalnya dalam bekerja itu tadi, tanpa saya sadari akhirnya saya melupakan prinsip yang sudah saya pupuk sekian tahun dalam alpa-nya saya dari dunia perkantoran.

Simpel banget padahal mantra yang sudah saya lafalnya dalam 2 tahun terkahir ini yang sering jadi batu sandungan yang bikin lutut saya terluka ketika kepentok : "Bekerja lah dengan fisik. Diaduk di dalam otak. Jangan sekali-kali bekerja dengan hati."

Nah loh, terus apa kabar dong dengan petuah-petuah yang sering kamu dan kamu dengar itu, "Bekerja lah dengan hati. Niscaya tidak akan merasa terbebani."

NO WAY! Itu pembodohan massal saudara-saudaraku. Percayalah.... Tidak ada bekerja dengan hati yang membuat kamu tidak merasa terbebani. Malah kebalikannya, kamu, kamu, kamu dan saya pastinya akan lebih terbebani karena rentan dengan yang namanya : S-a-k-i-t-h-a-t-i.

Loh kok bisa? Ya bisa dong, kan namanya manusia. Bukan robot. Ya kan?

Nah, berhubung saya adalah salah satu manusia yang mempunyai hati yang sehalus salju yang gampang meleleh seperti cokelat leleh di atas Mc flurry-nya McD ...... (&^^@$#*@) Ya maap pemirsa, baiklah saya akan pokus. Tapi beneran, saya tuh anaknya kan tulus banget ya. Maksudnya hatinya tuh nggak jahat, nggak bisa jahat juga, nggak bisa jadi artis sinetron lah pokoknya, nggak bisa gantiin Marshanda kalau dia lagi nggak mood syuting. (Mulai susah untuk fokus)

Yah, mudah-mudahan kalian paham lah para pembacaku yang budiman, apa maksud hati aing ya. Karena beneran saya udah ngga fokus lagi hahahaha (terus ditabok massal)

*********** ini beneran kali ini fokus deh ************

Jadi, yang saya maksud bekerja dengan fisik dan otak itu adalah bener-bener bekerja dengan fisik. Berfikir, mengerjakan tugas (tasks) sampai capek, lelah, pakai waktu semaksimal mungkin untuk mikirin tasks yang kita punya. Hindari (jangan pernah mau) untuk pakai hati dalam bekerja, dimana penggunaan hati dalam bekerja itu bisa bikin kamu dan saya :
1. Ngarep untuk diapresiasi (manusiawi)
Siapa sih yang ngga mau diakui (Saya sih cukup diakui sama suami saya saja sudah cukup sekarang, beneran). Jadi ketika harapan kamu untuk mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya, yang menurut kamu 'pantas' untuk kamu dapatkan, tetapi tidak diberikan oleh rekan kerja atau orang-orang di sekitar kamu, maka ada kemungkinan untuk terjadinya konflik. Internal dan eksternal. Internalnya kamu menjadi murung, depresi, mikirin mulu, "Kenapa ya mereka nggak apresiasi aku?" di samping ekternalnya adalah kamu jadi sensian dan suka marah-marah dan akhirnya lingkungan sekita kamu jadi gerah sama kamu. Maka..... saran saya adalah : open your eyes wide open. Lihat sekitar itu sebaik dan sedetail mungkin. Gausah terlalu banyak pakai hati untuk ngarep ini itu, pengen dilihat. Banyakin melihat. Paham ya maksudnya? (Paham bu....... *anggap ada lagi yang jawab)

2. Emosi jiwa (perempuanwi, lebih khusus dari manusiawi)
Nah, ini adalah salah satu yang menjadi kendala bagi para perempewi maupun laki-laki yang berjiwa perempewi, mau berapa persen pun banyaknya wkwkwk. Bok, yang namanya perempuan itu ya, setiap bulan ada hormon yang bikin dia jadi godzilla. Nggak ada yang rese alias semua kondisi di sekitar dia aja baik-baik aja, dia bisa uring-uringan sendiri pengen makan guling (kalo saya sih makannya B guling hmm), konon lagi kalau ada yang berani-beraninya menyikut lengannya sedikit saja. Habislah kau. Perempuan yang emosian ini yang sulit-sulit gampang untuk ditaklukkan, tapi sebenernya paling gampang juga untuk disembuhkan. Yaitu, itu tadi, jangan pake hati. Emosi lah dengan pikiran, jangan dengan hati. Tapi ya yang namanya perempewi, kalo emosi bisa dua, 1) Jadi males dan 2) Jadi sakit hati. Jadilah individu yang pertama. Hindarilah hal-hal dan orang-orang yang bisa bikin kamu makin sakit, di samping sakit fisik yang memang mengganggu di bulan-bulan itu. Kapan ya peraturan tentang cuti datang bulan untuk wanita bisa diaplikasikan secara merata di semua instansi di Indonesia ini. Saya mendukungnya!

3. You do your best, but still.....
Nah ini lah yang terjadi dan berulang kejadian di diri saya. Secara ya saya anaknya nothing to loose, maka saya akan bekerja secara totalitas sampai itu tadi, lelah secara fisik dan pikiran, tapi hati yang lempeng aja. But when someone try to colek-colek you at your best performance, sakit hati dan "udah males ah" pun tak terhindarkan. Paham kan, kenapa saya selalu melafalkan "Ayo jangan bawa hatinya kalau bekerja." Lebih baik sedikit macam robot lah, tegaan dikit tidak apa, asal jangan sampai sakit hati aja. Soalnya ya dimana-mana orang yang tidak sepaham dengan kamu itu pasti ada. Ada pula yang muncungnya minta dicucuk pake cabe rawit ditambah andaliman kan. Jadi mendingan kalau mau lama dan fokus dengan tasks itu tadi, ga boleh banget pake hati. Anggep aja radio rusak wkwkwk

And..... Last but not least, bekerja lah secara akademis. Maksudnya apa nyah? Kalau di bidang akademis itu, apa-apa terukur. Jadi bekerja dengan data. Data itu pun dituliskan, dirangkum jadi source untuk patokan kita dalam bekerja. Nah, oleh karena itu... Untuk menghindari diri saya sendiri dari maut... dari baper sama kerjaan deng maksudnya wekekekek... Saya akan memperbanyak diri untuk belajar dari literatur ilmiah lagi. Tiap minggunya saya akan mereview satu buah jurnal internasiyenel untuk menambah ilmu kita bersama. Jadi kamu dan akuh jadi tambah pinter deh, jadi ngga baper lagi deh, karena yang dipake otaknya, bukan hatinya.. Ya kan ya kan ya kan....

So.... Tunggu ya review akuh yang pertama nanti atau besok (semoga ngga males yawla) biar kita kembalikan prinsip bekerja tanpa baper itu ke tempat yang seharusnya.

Ok deh pemirsa, sekian dulu pembahasan tentang judul yang hanya muncul di akhir tulisan ini. Semoga menginspirasi kamu, kamu, kamu, dan saya.

Peace, love and gaul 💋❤

No comments:

Post a Comment

Hamil (Ep. 1)

H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...