Cerita ini bermula ketika sekumpulan gadis belia tersandingkan oleh takdir menjadi sahabat di masa SMA. Kami semua tidak pernah duduk di kelas yang sama, tapi hampir setiap hari nongkrong di kantin dan sepulang sekolah bareng.
.
Singkat cerita, masing-masing berpencar semasa kuliah dan hidup dengan episode yang berbeda pula. Sekali setahun diusahakan temu muka di waktu Natal atau Tahun Baru. Sisanya obrolan dari media sosial. #terimakasihteknologi
.
Lalu ada lompatan episode kehidupan dimana Debbie, anggota genk termuda memutuskan untuk menikah dengan pilihan hatinya. Kami semua (sejujurnya) shock. Di umur 20-an awal, dimana kami sedang menjalani transisi dari episode kuliah ke dunia pekerjaan profesional, sahabat kami ini sudah duluan ke epidose selanjutnya. Menjadi istri, kemudian menjadi ibu.
.
Awalnya kami masih suka bertanya, "Deb, gimana rasanya sudah menikah dan tinggal mandiri?" Dia ikut suaminya yang berprofesi sebagai pendeta mengabdi di sebuah desa terpencil yang (sejujurnya lagi) membuat kami lagi-lagi terperangah. (Pada masa itu menikah belum jadi trend yang populer di orang-orang seumuran kami)
.
Singkat cerita lagi, akhirnya Oneng menikah, Monica menikah, saya menikah, dimana ternyata saya dan Monica juga mengikuti jejaknya Debbie. Ikut suami pindah keluar kota. Buat saya pribadi, banyak pelajaran tentang mengikut suami yang saya dapat dari 2 sahabat ini. Terutama tentang struggle di tempat dan lingkungan baru. Ternyata semesta tidak secara acak membuat kami menjadi sahabat, rantai pengalaman kami berkaitan hehe.
.
Di beberapa kejadian yang kurang mengenakkan pun ternyata kami beririsan. Takdir memberikan kami pengalaman tentang kehilangan. Saling menguatkan dan menjadi tong sampah satu sama lain, dimana kami memang sudah nyaman untuk mengeluarkan uneg-uneg yang dimengerti satu dengan yang lainnya.
.
Untuk urusan karir dan keistripedia-an, sekarang saya sendiri banyak sharingnya dengan Oneng. Mungkin emg sudah ditakdirkan punya beberapa pemikiran yang sama, kami sering berbagi info-info terbaik tentang pasangan milenial.
.
Sebentar lagi, kami akan menyambut Pepes di episode yang sama. Selalu seru rasanya ketika salah satu dari kami pindah dari episode yang satu ke episode yang lainnya. Walaupun tidak bertatap muka sesering dulu, setiap langkah yang kami jalankan selalu lebih ringan mengingat ada sabahat yang menopang dalam doa.
.
Webzea (2004 till forever)
Tuesday, 14 August 2018
Friday, 10 August 2018
Contemplation 10 Agustus 2018
Home at Nusa Dua, 4 a.m
Greetings from husband's wamest arm alias kebangun tengah malam karena hujan deras dan nggak bisa tidur lagi karena hujannya berisik dan akhirnya pikiran ngalor ngidul kemana-mana makin nggak bisa tidur.
Supaya yang numpuk di dalam otak bisa tertib keluar, ya mari ngeblog aja dari handphone sambil (masih) kelonan dengan suami yang akhirnya sudah tidur ini.
So, jadi yang pengen 'dikeluarkan' kali ini adalah tentang marriage after life. As you know guys, we have been married (masih) about 4 months now. Ada review-nya? Ya pasti dong. Buuuanyak malah. Seru-serunya, sedih-sedihnya (belum pernah sampe sedih banget sih, selain dari homesick kangen keluarga di Medan ya), terus happy-nya, yang bikin kesabaran teruji... Pokoknya banyak deh rasanya, nano-nano! ☺
Bahas yang enaknya dulu kali ya, biar seru! Hehehe
Menikah itu menyenangkan? Oh iya pasti. Bisa kelonan tiap malam kayak sekarang ini, masa nggak senang sih? Dijagain, kalo kebangun ditemenin, kalo susah tidur diusap-usap dulu sampe tidur, kalo kedinginan diangetin... Pokoknya nggak perlu guling lagi deh. Wkwk ;p Terus bangun tidur, udah ada temennya di sebelah yang bisa didusel-dusel. Nyaman!
Itu poin pertama yang sudah pasti bikin happy. Nah, poin keduanya adalah dinafkahin sama suami yang puji Tuhan cukup, walaupun nggak berlebih tapi masih bisa nabung. Jadi setiap tanggal gajian gitu, suami ngelapor, "Istriku aku udah gajian." Terus kita bareng-bareng plot-plotin berapa ke tabungan, berapa ke pengeluaran bulanan, pegangan masing-masing, dll menurut saya menyenangkan dan jadi pengalaman baru. Hehehe
Poin ketiga, yang paling penting adalah setelah menikah, kita jadi punya teman, sahabat, rekan yang bisa kita ajak ngobrol tiap hari, diskusi tentang topik-topik yang penting, bikin keputusan yang crusial untuk kita berdua... Jadi selalu merasa kalau kita tuh nggak sendirian dalam menjalani hidup ini. Jalannya udah berbarengan, lebih kuat karena ada temennya.
Nah itu sisi menyenangkannya ya. Masih ada hal-hal menyenangkan lainnya mungkin yang belum disebutin atau yang mungkin dirasain tapi belum bisa diungkapin karena nggak nyadar juga hehe
Masuk ke sisi yang 'kurang enak' yang dirasain setelah menikah. Jahat sih kalau dibilang nggak enak, tapi ya kalau dirasain emang nggak enak. Hehehe... Atau kita sebut sebagai hal yang penyesuaiannya nggak gampang aja kali ya.
Tapi... Ini menurut pengalaman saya ya. Bisa jadi pengalaman orang diluar sana beda-beda. Jadi jangan disamain ☺
Ok, pengalaman berat pertama adalah proses ngambil keputusan jadi lebih lambat. Jadi ini sebenernya sisi lain dari poin ketiga dari hal yang menyenangkan dari menikah tadi dong... Jawabannya iya. Kalau dulu sebelum menikah kan apa-apa diputusin sendiri, cepat, tanggap, mau kemana tinggal cusss go! Nah, kalau sudah menikah, ruang gerak jadi lebih terbatas shay... Nggak boleh asal cuss tinggal pergi lagi. At least kasih tau dulu, atau minta izin dulu. Pernah kejadian malah saya tuh pergi sama temen cowok dan berfoto bareng, dimana ternyata hal tersebut dianggap tidak layak oleh suami dan mertua. Kebayang doong shock-nya pertama kali diposisi seperti itu. But, it is ☺
Kalau kata Gilang, sahabat saya pas kuliah, kalau sudah menikah tuh apa-apa harus dengan ridho suami. Termasuk untuk kerja. Kalau suami ngizinin, ok go ahead. Kalau nggak, ya jangan ☺
Terus, yang kedua... Bagi introvert seperti saya (Iya, saya introvert) susah untuk blend dengan lingkungan yang bukan dari awal adalah circle saya. Kalau kalian sering dengar orang bilang menikah itu artinya menikah juga dengan keluarga besar, bener banget lah itu. Karena yang kamu temuin tiap hari adalah suami kamu, tapi kamu harus blend dengan keluarga lain yang mungkin kamu bahkan nggak tau namanya siapa. But you have to push yourself hard. Family matters you know...
Hmm terus apa lagi ya?!
Kayaknya itu dulu sih yang kepikiran. Nanti kalau ada yang keinget lagi, saya update lagi heheh.
Tapi ini bukan curhat ya, tadi karena kebangun jadi mikir kemana-mana aja tentang pernikahan hehehe ☺Menikah itu banyakan menyenangkan kok, kalau... kamu bisa bawa pernikahanmu ke hal-hal yang bisa bikin happy tiap hari!
Cheers...
***
Mari lanjut tidur, tarik selimut, masuk ke suami's arm lagi...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Hamil (Ep. 1)
H a lo... Sesuai janji saya di post sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehamilan saya secara lebih detail. Kapan ketahuann...
-
Perjalanan ke Pantai Melasti bisa dibilang perjalanan yang paling santai dan tidak terencana. Pulang kerja di hari Sabtu (iya, suami saya k...
-
Company name : Best Friends Forever Board of Director : Ika Pratiwi, SIA, RFP Putra Ilham Madjid, SIA. ...