Hola! Big day is coming tomorrow! First day saya memasuki kantor yang baru hehe. Seperti anak sekolah yang mempersiapkan hari pertama tahun ajaran yang baru, saya juga baru saja selesai menyiapkan seluruh barang bawaan dan peralatan saya dimasukkan ke dalam tas, baju untuk dipakai besok sudah siap dan rapi, serta tidak ketinggalan make up baru sudah dibelanjakan tadi sore. Terima kasih bapak suami atas sponsornya hehe
Terasa dan juga tak terasa, sudah dua tahun saya vakum dari dunia perkantoran setelah resmi resign dari LDC di bulan Oktober 2016 yang silam. Awalnya, saya resign karena merasa waktu saya hampir habis di LD, sementara kuliah saya tidak terjamah lagi, disamping alasan fundamental satunya, yaitu janji sang atasan yang (menurut saya) tidak ditepati :") Perasaan saya aja kali ya hehe
Seingat saya, saya menangis agak drama ketika hari terakhir saya di LD. Hari berkabung yang dikenal dengan istilah last day sekaligus traktiran day. Entah kenapa yang resign disuruh traktir, padahal kan sudah resmi tidak berpenghasilan lagi ya ckck. Tapi bukan traktirannya yang membuat saya menangis drama waktu itu, tapi karena saya sangat dekat dan akrab dengan teman-teman LD Medan. Mulai dari pekerja harian, ibu-ibu hand picker, Pak Afif si supir buaya darat (peace, Pip :p), Gelora si anak Sidikalang yang menjadi rekan berbahasa Karo di kantor, edak Novrin yang memulai hari pertama di LD juga barengan dengan saya, Pak Cipto yang sangat kebapakan dan sabar di LD, bang Taufik si trader baru pada waktu itu dan dia kocak banget, cepat blend in dengan kami yang rada aneh ini, mbak Septy yang jadi boss sekaligus kakak saya di kantor, juga si om Teguh, finance yang meditnya ampun-ampunan tapi kalau untuk entertaint nomer satu sekantor alias nggak perhitungan untuk antar jemput kita semua asalkan dia ada temannya untuk sekedar nonton bioskop ckck.
Sedih. Sedih sekali malah. Saya tidak mengira bahwa mengangkat kaki dari LD membuat saya menangis sesedih itu seperti putus cinta 💔 Terbayang hari-hari yang saya habiskan tertawa sedari pagi sampai sore pulang kantor, dilanjutkan dengan agenda entertaint ala kami walaupun hanya makan Indomie pinggir jalan tapi sudah bahagia. Horor ketika musim audit atau boss besar sedang kunjungan juga dilewati bersama bahu membahu, dukung pekerjaan satu sama lain. Bisa dibilang bekerja di LD adalah moment 'ngantor' terbaik dalam hidup saya dengan support system yang terbaik. Tidak jarang saya juga merasa hampir gila dengan beban pekerjaan dan tuntutan atasan untuk kinerja, tapi dengan teman-teman kantor yang ada saja ulahnya bikin tertawa, rasanya urusan pekerjaan jadi lebih ringan. Sampai sekarang pun kami masih sering bertukar cerita walaupun satu persatu sudah angkat kaki juga dari LD dan menyongsong peruntungan di kantor lainnya. Benar-benar pengalaman yang saya akan selalu ingat dan banggakan untuk diceritakan sampai kapan pun :)
Tidak lama setelah saya resign dari LD, ibu saya masuk rumah sakit secara intensif dalam waktu yang tiba-tiba dan akhirnya meninggal. Selama dirawat, saya hampir setiap hari dalam sebulan lamanya menghabiskan waktu di rumah sakit. Tidur di rumah sakit, makan di rumah sakit, pulang ke rumah hanya beberapa jam untuk mandi, menyiapkan pakaian untuk dipakai selama jaga di rumah sakit, selama sebulan full hidup saya di rumah sakit bersama dengan keluarga. Saya bersyukur, entah memang sudah rencana Tuhan bahwa saya harus resign dan punya waktu full untuk berjaga dan menghabiskan waktu-waktu terakhir ibu saya di dunia, saya bersama ayah dan saudara-saudara saya bergandengan tangan menguatkan saru sama lain dan menghadapi kehilangan dengan pelukan dan genggaman tangan yang erat. Tidak ada satu orang pun yang terpuruk dalam waktu yang lama. Genggaman erat itu menguatkan kami, sedari awal ibu kami masuk ruang perawatan biasa, masuk ICU, pindah rumah sakit, ICU lagi, sampai detik-detik terakhirnya, ibu kami menyatukan kami dengan sisa-sisa kekuatan yang kami punya. Full time waktu saya hanya untuk keluarga saja pada waktu itu. Hingga di tanggal 22 November 2016, saat terberat yang pernah dihadapi oleh keluarga kami, kami songsong dengan ketidaktahuan tentang hari esok seperti apa. Syukur kepada Tuhan yang memang sudah menyiapkan semua yang kami butuhkan, dukungan dari orang-orang di sekitar kami yang semakin menguatkan kami untuk bangkit berdiri dan semakin gigih berdoa supaya kami tidak rubuh dengan cobaan itu.
Mbak Septy dan Gelora adalah teman pertama yang datang menghampiri saya ke rumah sakit begitu mendengar berita tentang kepergian ibu saya. Jam 12 malam mereka datang disaat saya harus menguatkan diri melihat jenazah ibu saya untuk pertama kali setelah dipindahkan dari ruang ICU, sebelum dibawa masuk ke ambulans yang akan mengiringi kami ke Kabanjahe. Mbak Septy yang memeluk saya ketika saya hampir tumbang karena tidak kuat diminta untuk merias wajah ibu saya untuk terakhir kalinya karena setelah disuntikkan formalin mungkin tidak akan bisa dirias lagi. Rasanya benar-benar seperti dunia runtuh, tetapi ada tangan-tangan yang membantu menopang langitnyang runtuh itu sehingga saya habis ditimpanya. Anggota keluarga saya yang lainnya juga masih limbung di saat itu. Jadi kedatangan mbak Septy dan Gelora merupakan suntikan kekuatan di titik awal perjalanan saya sebagai anak yang kehilangan ibu untuk selamanya. Mbak Septy juga yang mengingatkan saya, "Untung kamu udah resign ya Ha, kalau masih kerja nggak mungkin dikasih izin untuk tiap hari jaga di rumah sakit. Memang benar-benar rencana Tuhan."
Dan begitulah, sepeninggal ibu saya, saya mencoba menata hidup saya kembali. Dimulai dengan kembali berkuliah supaya saya punya kegiatan untuk mengalihkan perhatian dari rasa kehilangan, begitu pesan ayah saya. Di samping itu, saya juga memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengan ayah saya dan menemaninya di rumah karena bagaimana pun rumah akan berbeda situasinya tanpa ibu yang biasanya mengatur dan menyiapkan segala keperluan domestik rumah tangga. 80% hidup saya untuk rumah dan support ayah dan keluarga, 20% untuk perkuliahan. Tidak ada keinginan untuk kembali bekerja pada waktu itu. Sama sekali tidak ada. Tidak sanggup lagi untuk pergi jauh dari keluarga. Bahkan sangkin tidak inginnya meninggalkan ayah dan keluarga saya, saya sempat minta putus ke bapak suami yang waktu itu masih menjadi pacar, karena saya tidak sanggup jika harus dibawa ke Bali dan meninggalkan ayah saya. Lagi-lagi Tuhan yang menguatkan dan membukakan jalan, perlahan tapi pasti keluarga saya semakin dikuatkan, sampai akhirnya saya siap untuk pindah ke Bali di bulan April 2018 yang lalu. Hebatnya lagi, pernikahan yang seyogyanya diurus lebih banyak oleh ibu, berhasil diselenggarakan dengan teramat sangat baik oleh ayah saya, dengan dukungan penuh oleh kerabat dan keluarga terdekat, juga oleh keluarga suami saya. Sebuah bukti pencapaian bajwa ayah saya sudah semakin kuat menjalankan perannya sebagai orangtua tunggal sekarang. Will always remember and proud of him ❤
Masuklah saya ke chapter baru dalam hidup saya. Menikah dan pindah ke Bali. 2 hal yang sangat indah dan saya impikan, sekaligus 2 hal yang penuh tantangan. Menikah tentu jadi pengalaman baru untuk saya, begitu juga untuk tinggal di Bali. Untuk penyesuaian keduanya sekaligus, saya akui saya mengabiskan pikiran dan waktu untuk berhati-hari menyusun strategi. Kembali bekerja memang salah satu agenda yang menjadi target saya, apalagi dengan titel baru sebagai lulusan magister. Siapa sih yang tidak 'gatal' untuk mencoba peruntungan dengan 'kartu baru' yang sudah ditangan itu?
Percobaan demi percobaan saya lakukan, interview dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya disela-sela menjalankan status baru sebagai isteri yang siap sedia mengurus domenstik rumah tangga dan penyesuaian hidup berdua dengan suami. Saya cukup perhitungan dengan setiap keputusan yang saya ambil, termasuk untuk menerima tawaran pekerjaan. Alasan jarak kantor dari rumah, kesesuaian gaji dan tunjangan, termasuk bidang usaha perusahaan dan peluang bagi pengembangan diri saya sendiri saya rinci sedetail mungkin.
Akhirnya tibalah saya di sebuah keputusan dan kesempatan yang berpotongan. Saya akan mulai bekerja di kantor lagi untuk pertama kalinya di Bali ini besok. Proses test dan interview dengan perusahaan ini sebenarnya sudah deal dari awal bulan Mei 2018 kemarin. Dengan kata lain, jika saya setuju sedari awal, saya tidak akan 'menganggur' selama 4 bulan semenjak pindah ke Bali. Lagi-lagi saya yakin ada rencana terindah dari Tuhan di balik penolakan saya sebelumnya, saya punya kesempatan untuk interview dengan sebuah brand lokal yang mengusung prinsip socialpreneurship, dimana perusahaan ini sesungguhnya yang saya tunggu kabarnya. Tapi sudah sebulan tak kunjung ada beritanya setelah interview kedua saya dengan CEOnya. Positive thinkingnya (pemikiran positif saya maksudnya) mereka sedang fokus dengan Asian Games yang membuat mereka lupa dengan proses yang sedang saya jalani. Sebagai salah satu brand yang menjadi official merchandise di ajang bergengsi ini, tidak heran mereka harus fokus dan mengesampingkan dulu urusan pencarian 'kaki baru' untuk di Bali. Semoga setelah event besar ini selesai, mereka akan mengirimkan email cinta seperti yang sudah-sudah ya. Hahaha anaknya ge-eran sekali ya saya ini 😂
Lalu disaat saya (akhirnya) memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan yang akan saya masukin besok, tawaran lainnya juga masih berdatangan, karena saya juga masih menyebarkan CV sebelumnya (tapi sekarang sudah berhenti karena hampir lelah dengan proses test dan interview :p). Untuk posisi yang berbeda, bidang usaha yang berbeda, saya masih melanjutkan proses interview dan test untuk si perusahaan yang jaraknya lebih jauh lagi dari perusahaan yang besok saya masuki. Saya yakin dan percaya, dimanapun akhirnya nanti saya melabuhkan hati dan pikiran, atau perusahaan manapun yang akhirnya bisa menerima saya dengan kekurangan dan kelebihan saya, dia lah jodoh saya yang sebenarnya. Seperti halnya saya akhirnya menemukan suami yang sangat sesuai dengan kehidupan yang saya butuhkan ❤
So... Wish me luck for tomorrow! Doakan supaya saya bisa menemukan keluarga baru seperti keluarga baik saya di LD ya ❤ Tentunya semoga saya juga bisa memberikan kinerja yang maksimal dengan titel baru yang saya emban, biar kuliahnya tidak sia-sia :")
Good night semuanya...